Nak, Ibu tak akan bosan untuk mengingatkanmu Nak. Karena Ibu tahu, sekalipun engkau terkadang merasa jengkel dengan nasihat Ibu, mudah-mudahan suatu saat nasihat itu akan engkau tengok kembali. Mungkin hari ini itu semua terasa tidak dibutuhkan. Tapi Ibu yakin ada momen dimana nasihat itu akan membantumu menyelesaikan beragam masalahmu, anakku.

Sibukkanlah dirimu dengan kebaikan. Memang hari ini pekerjaan dan impianmu untuk sukses begitu menyita banyak waktu dan pikiran. Tapi tetap sempatkan Nak untuk melangkahkan kakimu ke Masjid. Tegakkan shalat dan sejenak bersujud kepada Allah Taala. Hatimu yang baik akan menjadi pintu terbukanya rejeki dan tercapainya cita-citamu.

Pesan Ibu, tetap selalu ingat dalam benak bahwa dunia ini adalah saranamu untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Dunia adalah ladang bagimu untuk belajar dan beribadah. Dunia ini adalah kesempatan bagimu untuk bersedekah membantu mereka yang membutuhkan. Dunia ini adalah waktu yang tepat untuk menanam pohon kebaikan agar nanti buahnya bisa kau panen di akhirat. Dunia ini pula adalah persinggahan singkat dimana engkau butuh mempersiapkan bekal yang cukup untuk meneruskan perjalananmu.

Anakku, dengarlah apa yang Rabb kita katakan dalam QS. Asy-Syuara: 88-89

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ

Dan Ingatlah ketika suatu hari dimana tidak lagi berguna untukmu harta dan anak-anakmu

اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ؕ

Kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang bersih (saliim)

Syaikh Abdurrahman bin Nasir as-Sa’di menjelaskan hati yang salim tersebut. Beliau mengatakan -simaklah wahai anakku-

“Hati yang selamat, maksudnya adalah hati yang selamat dari syirik, keraguan, cinta kepada keburukan, suka melakukan bid’ah dan dosa, dan keselamatannya dari hal-hal tersebut mengharuskannya berpegang teguh kepada kebalikannya, berupa ikhlas, ilmu, yakin, cinta kepada kebaikan dan menghiaskannya di dalam hati, dan mengharuskan kehendak dan kecintaannya mengikuti cinta Allah, dan hawa nafsunya mengikuti apa saja yang datang dari Allah.

Mungkin engkau pernah mendengar anakku, ada yang mengatakan, “Jangan pernah menghakimi perbuatan seseorang, yang terpentingkan hatinya baik”

Cobalah Nak engkau perhatikan baik-baik. Jangan mudah terkelabui dengan kalimat tersebut. Bagaimana mungkin kejahatan akan tercampuri dengan kebaikan. Bagaimana pula fisik yang penuh dengan maksiat dan dosa dikarenakan hatinya yang bersih dan penuh ketaatan.

Wahai anakku, setiap gerak-gerik anggota badan kita ini adalah bukti dari kondisi hati kita. Saat gerak-gerik anggota tubuh melakukan apa yang diingkari oleh Allah dan Rasul-Nya, maka itu adalah bukti hati kita juga senang mengingkari perintah Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, amal-amal badan yang baik menjadi bukti kuat bahwa ada hati yang baik di dalamnya. Dan demikianlah yang Nabi katakan,

اذا صلحت صلح الجسد كله

Jika hati itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuh.

Kenapa bisa begitu anakku? karena hati itu adalah raja yang memberikan perintah kepada tubuh untuk melakukan ini dan itu.

Berdoalah kepada Allah, senantiasa. Karena kita sebagai manusia penuh dengan kelemahan dan kekurangan. Terkadang kita sendiri tak mengerti apa yang sebenarnya hati kita inginkan. Kita harus minta dan berdoa kepada-Nya agar dikaruniakan hati yang senantiasa taat dan patuh.

Tidak hanya kita, bahkan Nabi shalallahu alaihi wasallam yang sudah dipastikan hatinya baik, terus saja berdoa kepada Allah

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ

Wahai Allah Yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.

Maka apalagi kita, seseorang yang tak sebersih dan jauh dari Nabi. Maka kita lebih butuh lagi untuk terus mengulang-ulang doa tersebut dalam keseharian kita.

Hamba yang fakir,

Radikal Yuda Utama | Yogyakarta, 12 September 2021