Nabi kita yang mulia Shalallahu alaihi wasallam bersabda,
ان الله لاينظر الى صوركم واموالكم ولكن ينظر الى كل
‘Sungguh Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, melainkan Dia melihat hati dan amalan kalian’ [HR. Muslim]
Sebelum menjelaskan hadits ini. Sejenak mari kita lihat bahwasanya dosa-dosa besar itu terbagi dua.
Pertama, dosa-dosa besar yang dilakukan oleh anggota badan. Contohnya berzina, mencuri, atau membunuh.
Kedua, dosa-dosa besar yang dilakukan oleh hati. Contohnya sombong dan hasad.
Terkait dengan dosa-dosa besar yang dilakukan oleh hati, Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan -hafizahullah-. menyebutkan bentuk bisa berupa sombong, angkuh, ujub, merendahkan manusia, menghina, hasad, membenci kebenaran, dan mencintai kemungkaran.
Dari hadits di atas sebenarnya kita dapat menarik benang merah bahwa Allah sama sekali tidak mempertimbangkan fisik yang kuat, rupa yang cantik menawan, tampilan yang good-looking, sebagai indikator kebaikan seseorang jikalau itu semua tidak disertai dengan hati yang baik.
Keindahan rupa dan fisik tak berarti apa-apa dihadapan Allah Taala.
Sebaliknya jika itu dimiliki oleh seseorang yang memiliki hati fasiq, yang membuatnya berhak merasa sombong dan ujub dengan nikmat fisik dan rupa yang Allah berikan tersebut, maka Allah akan siapkan balasan yang berat untuk hal tersebut.
Tidak hanya itu, kebanggaan atas fisik dan rupa merupakan karakteristik dari orang-orang munafik. Sebagaimana Allah berfirman,
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Dan jika kamu melihat pada mereka, tampilan fisik mereka akan membuatmu terkagum-kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. al-Munafiqun: 4)
Lagi pula jikalau kita mau renungkan lebih jauh, apalah arti membanggakan sesuatu yang sifatnya cuman pemberian. Seseorang tidak pernah minta akan dilahirkan dengan bentuk fisik seperti apa. Warna kulit yang mana. Atau dengan tampilan wajah versi apa. Aspek fisik benar-benar suatu pemberian yang kita tidak punya andil apa-apa.
Karenanya Allah tidak menghitung aspek fisik sebagai suatu indikator kebaikan.
Siapapun yang merasa direndahkan karena tampilan fisik yang kurang menarik. Maka hendaknya mengingat hal ini. Abaikanlah apa yang orang-orang katakan, namun segera memperbaiki hati dan karakter kita. Karena dengan cara itulah Allah akan ridho. Saat Allah ridho, tentu Allah akan berikan sesuatu yang jauh lebih baik dalam kehidupan ini.
Lagi pula, kita telah melihat sendiri bagaimana rasa bangga dengan cover yang indah menghanyutkan dan menggelincirkan banyak orang. Terjatuh ke dalam zina. Atau minimal terjatuh pada dosa dan maksiat. Kenapa? karena ada dorongan yang besar untuk mendapatkan pujian dan ketenaran.
Fisik yang kurang menarik mungkin telah menyelematkan kita dari fitnah sosial media, instagram, facebook, untuk memperlihatkan aurat-aurat yang seharusnya menjadi perhiasan yang ditutupi. Seseorang yang dulu tidak kenal sosial media, bisa dengan rapat dan rapi menutup aurat, namun itu semua berubah tatkala sosial media. Mengupload foto-foto yang tidak layak menjadi konsumsi publik.
Akhirnya karena semakin banyak yang berikan likes, memuji dan memuja, semakin berani memperlihatkan aurat dan berpose dengan ekspresi yang lebih berani, sehingga pada akhirnya akumulasi dosa itu dibalas oleh Allah Taala, dalam kondisi hamba ini terlena dengan dirinya sendiri.
Insecure-lah jikalau hati kita jelek. Itu yang benar. Karena jadi penentu kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.
Hamba yang butuh ampunan Rabbnya
– Radikal Yuda-
Yogyakarta, 10 September 2021