Allah Taala menceritakan ciri-ciri mereka yang mendustakan hari kebangkitan dalam QS. Al-Maun, dimana Allah Taala memulainya dengan suatu pertanyaan sebagai penekanan akan pentingnya perkara ini, Allah Taala berfirman, “Tahukah engkau wahai Muhammad, orang yang mendustakan ad-diin, yaitu hari kebangkitan, pembalasan dan pemberian pahala”. Maka Allah Taala menyebutkan فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَ “Maka itulah orang-orang yang menghardik anak yatim”, yaitu mereka yang menyusahkan anak yatim, menzalimi haknya, tidak memberinya makan dan tidak berbuat baik kepadanya.

Ini kriteria pertama.

Kemudian di ayat berikutnya Allah Taala berfirman, وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ “Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin” sebagaimana firman Allah Taala , “Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim. Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin” (QS al-Fajr:17-18)

Ini kriteria kedua.

Kemudian Allah Taala berfirman, فَوَيْلٌۭ لِّلْمُصَلِّينَ ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

“Maka celakalah orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya”

Ibnu Abbas -radhiyallahu’anhu- dan lainnya mengatakan, “Yaitu orang munafik yang melaksanakan shalat secara terang-terangan, namun tidak mau melaksanakannya ketika tidak dilihat oleh manusia”

‘Atha bin Dinar mengatakan, “Segala puji bagi Allah yang berfirman” عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ “Lalai terhadap shalatnya” dan bukan mengatakan في صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ “Lalai dalam shalatnya”. Bisa dibayangkan betapa hati-hatinya ayat al-Quran dalam mendefinisikan suatu perkara. Tentu saja jika yang dimaksud adalah mereka yang lalai dalam shalatnya maka niscaya hampir tidak ada manusia yang 100 persen khusyu’ dalam shalat yang mereka lakukan.

Lalai di sini mencakup,

  1. Lalai dengan tidak mengerjakannya di awal waktu, sehingga mereka selalu atau sering menunda-nundanya sampai akhir waktu
  2. Lalai dengan tidak melaksanakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya, menurut cara yang telah ditetapkan.
  3. Lali dengan tidak menjaga kekhyusu’an dalam shalat
  4. Lalai dengan tidak merenungkan makna-makna bacaan shalat

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba Nya yang tidak lalai terhadap shalat-shalat kita.

Disusun oleh: Radikal Yuda

Referensi: Tafsir Ibnu Katsir jilid 9 hal. 725-726