Tegaknya tauhid di hati manusia adalah tujuan utama dakwah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam. Pesan tauhid ini telah dibawa sejak diutusnya Nabi pertama ke dunia ini. Kemudian diteruskan oleh para nabi dan rasul dari generasi ke generasi.

Bahkan Nabi Ibrahim alahisshalatu wassalam sangat mengkhawatirkan terjangkitnya kesyirikan kepada diri dan keluarganya.

رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia (QS. Ibrahim 35-36)

Syaikh Mubarak al-Maili -rahimahullah- mengatakan, “Nabi tidak sekalipun lengah untuk mempermalukan berhala-berhara terang-terangan sekalipun beliau sendirian. Tidak lalai dari mendakwah tauhid sekalipun beliau diboikot di antara dua gunung selama tiga tahun yang sulit. Tidak melupakan dakwah tauhid meskipun berada dalam kekhawatiran hijrah dan musuh mencari beliau. Tidak pula melupakan dakwah tauhid saat telah menang di Madinah dan berada ditengah-tengah penolongnya. Tidak juga menutup pintu untuk terus mengajak tauhid setelah Fathul Mekah. Tidak pula tersibukkan dari mendakwahkan tauhid tatkala beliau berjihad dan memenangkan perang, menyerang ulang musuh, dan tidak lari. Tidak mencukupkan baiat, melainkan terus melakukannya berulang-ulang menegakkan tauhid dan meninggalkan kesyirikan. Dan Kisah ini tercatat dengan baik, termaktub dalam hadits-hadits shahih, maka jika engkau menelusurinya, engkau akan temui sebagaimana yang aku sampaikan serta rincian yang telah kami sampaikan sebelumnya secara global” (Risalah as-syirk wa mudzohiroh, p.19)

Dan hati Nabi shalallahu alaihi wasallam tidak pernah tenang selagi masih ada kesyirikan. Sebagaimana yang disampaikan dalam Hadits Shahih Bukhari, ketika munculnya berhala Dzul Khalashah di Yaman. Kemudian Nabi mengutus Jarir bin Abdillah untuk segera menghancurkan berhala tersebut.

Oleh karena itu, perkara tauhid ini harus menjadi esensi dan perhatian utama dari setiap muslim. Belajar tauhid agar dapat menyempurnakannya, dan belajar syirik akan dapat jauh dan selamat darinya.

Maka akan sampai kapan terus bicara bicara tauhid? maka jawabannya sampai mati.

Radikal Yuda @Canberra, 25 September 2020

Sumber: ringkasan dari Kitab Sittu Dhoror, Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani