Sungguh tak elok membicarakan keburukan orang. Karena memang tak ada sosok yang sempurna. Apalagi keburukan yang terjadi karena satu khilaf di tengah timbunan kebaikan-kebaikan. Kemana kita kan mencari manusia yang utuh baiknya. Tak tergores sedikitpun catatan amalnya. Tidak ada. Jangan pernah berharap.

Seperti cermin, seumpama diri yang tidak lekas sembuh sakit hatinya karena diumbar aib dan luka, seperti itu pula yang kan dirasakan lainnya. Tak berbeda. Jika jemari kita sakit ditusuk jarum, maka jemari kawan demikian pula.

Tak boleh kita menjadi diri ‘dipelupuk mata gajah tak tampak, semut diseberang lautan jernih terlihat‘.

Proporsional-lah bersikap, satu. Jangan lisan kita ramai tentang orang lain, dua.

Seperti kata, Abdullah bin Mubarak,

“Apabila kebaikan-kebaikan seseorang lebih dominan dibandingkan keburukan-keburukannya maka keburukannya tidak layak disebut. Apabila keburukan-keburukan seseorang lebih dominan daripada kebaikannya, maka kebaikannya juga tidak layak disebut”

Radikal Yuda | Canberra, 16 Februari 2020