Dalam riwayat dijelaskan bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam dalam berdakwah kepada umatnya menonjokan sikap lemah lembut sementara Umar radiyallahu’anhu dalam berdakwah sangat tegas dan keras. Bolehkah prinsip sahabat Umar radiyallahu’anhu diikuti apakah itu tidak bertentangan dengan dakwah Rasul?
Jawaban :
Sikap keras Umar radiyallahu’anhu itu sudah tepat pada tempatnya. Beliau keras dalam al-Haq dan juga dengan cara yang haq. Kita harus mengikuti sikap Umar radiyallahu’anhu dalam berdakwah. Namun kita memahami benar sikap Umar radiyallahu’anhu, kapan sikap keras itu dilakukan dan bagaimana kerasnya? Dan kepada siapakah sikap keras itu diarahkan?
Umar radiyallahu’anhu adalah panutan bagi kita semua. Sikap keras beliau itu berlandaskan al-Haq dan dengan cara yang haq. Namun, sangat disayangkan sebagian orang tidak memahami sikap beliau. Sejatinya pribadi Umar radiyallahu’anhu itu lemah lembut dan penuh kasing sayang, namun juga keras dan kuat.
Bukti beliau lemah lembut, Umar radiyallahu’anhu pernah sangat memperhatikan seorang wanita tua di pinggir kota Madinah. Umar radiyallahu’anhu membersihkan rumahnya, memeraskan susu kambingnya, memperbaiki rumah wanita tersebut. Si wanita sering mengatakan, “Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu, seharusnya yang paling berkewajiban melakukan ini adalah Umar.” Dia tidak menyadari kalau yang diajak bicara itu adalah Umar radiyallahu’anhu sendiri.
Ini menunjukkan kelembutan dan kasih sayang Umar radiyallahu’anhu. Saat ini adakah seorang presiden, pemimpin wilayah atau bahkan direktur di sebuah perkantoran yang menaruh perhatian kepada perempuan tua dan melakukan seperti yang dilakukan oleh beliau?! Ini cukup jadi bukti pada kita bahwa Umar radiyallahu’anhu juga seorang yang penuh kelemahlembutan dan kasih sayang. Bukti-bukti yang menunjukkan lembut dan kasih sayang Umar sangat banyak, begitu juga bukti-bukti tegasnya dalam menegakkan al-haq.
Singkat kata, beliau radiyallahu’anhu bisa dijadikan teladan dan bahkan beliau termasuk teladan terbaik. Namun kita harus cermati dan harus memahami, kapankah Umar radiyallahu’anhu bersikap lemah lembut dan kapan ia bersikap tegas. Kemudian kepada siapa sikap itu ditujukan dan kapan waktu yang tepat.
Disalin dari Majalah as-Sunnah Edisi 06 Dzulhijjah 1436 H/Oktober 2015 M. Tahun XIX