Agama Islam ini adalah agama yang agung. Menginginkan yang besar. Punya target dan visi yang mulia. Hanya saja hari ini kita melihat pemeluknya semakin jauh dari apa yang diajarkan Nabinya shalallahu alaihi wasallam. Sehingga kemuliaan tersebut semakin hilang di tengah kaum muslimin. Mayoritas kaum muslimin merasa inferior diterjang agama dan budaya luar yang mereka rasa lebih keren, lebih maju, dan lebih berkelas. 
Tidak akan bangkit kejayaan Islam kecuali dengan ditopang dengan tingginya cita-cita, berdakwah dengan benar dan penuh semangat.

Belajar dengan giat dan kembali meneladani kehidupan Rasulullah dan sahabatnya. Allah Taala menggambarkan hamba-hambaNya ini dalam QS. Al anbiya: 90


إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ

“Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam kebaikan..”

Mereka tidak hanya orang yang sekedar beramal, tapi penuh semangat dalam berbuat kebaikan.


Nabi kita yang mulia shalallahu alaihi wasallam mendidik umat ini demikian juga sebagaimana beliau mengatakan,


إن الله يحب معلي الأمور وأشرافها، ويكره سفسافها 

“Sesungguhnya Allah mencintai perkara yang mulia dan membenci perkara yang rendah” (Hadits Shahih, HR. Hakim)


Kita juga dapat merenungi bagaimana cita-cita yang tinggi menjadi perhatian di dalam Islam. Bagaimana Nabi mengajarkan kepada sahabat-sahabatnya bahkan dalam berdoa mintalah yang terbaik. Nabi berkata kepada mereka radiyallahu anhum


إذا سألتم الله تعالى فاسألوه الفردوس، فإنه سرالجنة

Jikalau kalian meminta kepada Allah Taala maka mintalah surga Firdaus, sungguh itu tempat yang paling mulia  (HR. thabrani, disahihkan al-Albani)

Oleh: Radikal Yuda 

Referensi:

Kitab Kaifa tatahammas li thalabil ‘ilmi asy-asyar’i