Ikhlas dalam beribadah kepada Allah merupakan hal pokok dan menjadi poros dari amalan-amalan lainnya. Ikhlas ini jugalah yang dimaksudkan dalam ketauhidan kepada Allah. Tidak memasukkan zat apapun, kecuali hanya untuk Allah semata. Semua ibadah, semua amalan, dan semua aktivitas yang kita lakukan.

Ajaran pokok Nabi, poin penting dalam Quran, dan esensi dakwah para Rasul adalah soal keikhlasan ini pula.

Sebagaimana firman Allah Taala dalam Surat Az-zumar ayat 2-3

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ [2] أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (2) Ingatlah, hanya milik Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)

Juga firman Allah Taala

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus

Mengikhlaskan dan memunirkan niat hanya untuk Allah (Tauhid) merupakan fondasi dari bangunan-bangunan amal di atasnya. Tatkala fondasi ini rusak. Robohlah amal-amal di atasnya. Sehingga mereka yang paham dengan baik, akan memberikan perhatian pada hal-hal yang mendasar dan fondasional ini.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim -rahimahullah-

Barangsiapa yang ingin meninggikan bangunannya maka harus baginya menguatkan fondasi dan presisinya, dan memberikan perhatian penuh terhadapnya. Karena sesungguhnya tinggi bangunan sesuai kadar dari fondasi dan kekokohannya. Amal manusia itu ibarat bangunan dan fondasinya adalah iman.

Disusun oleh:
Radikal Yuda | Pogung Kidul, 29 Desember 2019


Referensi:
Kitab Sittu Duror min usuli ahlil atsar hal. 13
https://tafsirweb.com