Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap detiknya hidup ini akan bagian dari takdir-takdir yang telah termaktub bagi kita. Jauh hari, berpuluh ribu tahun sebelum alam ini diciptakan segalanya telah ditetapkan terjadi dan menghampiri hidup kita. Jadi, tidak perlu terlalu sedih menghadapi ujian dan tidak perlu pula terlalu bahagia menghadapi nikmat. Ekspresi kegembiraan seorang mukmin tergambar dari semakin dekatnya ia kepada sang pencipta dan pemilik dunia, Allah azza wa jalla.
Firman Allah azza wa jalla
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
dengan segala kelemahan dan kekurangan kita, maka tidak sepatutnya ada kebencian, kemarahan, dan kekecewaan atas takdir, atas segala kehilangan dan kesedihan yang menimpa. Tenanglah, bahwa semua akan baik-baik saja. Tatkala Allah menyayangi seorang hamba, maka Allah akan mengujinya. Tatkala anda merasa diuji kesabarannya, diuji rasa syukurnya, diuji kesetiannya, diuji keimannya, maka sadarilah bahwa -semoga- anda termasuk dari orang-orang yang dicintai oleh Allah
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Jadi, akankah kesedihan ini akan diteruskan? tentu tidak. Karena memang semuanya sudah ditetapkan oleh Allah. Dan segala ketetapan Allah itu adalah kebaikan.
***
Radikal Yuda | Masjid Pogung Dalangan, Yogyakarta