Faidah 2/100

Di antara bentuk perilaku jahiliyah adalah berbangga diri dengan menisbatkan diri dengan orang-orang baik meski pada kenyataannya menyelisihi orang baik tersebut.

Berbangga diri dengan mengatakan bahwa mereka adalah keturunan para Nabi dan Allah telah mengatakan dalam QS. al-Baqarah: 134

تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ ۖ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan”

.
.
Diantara amalan Bani Isroil yaitu mereka berbangga diri menjadi keturunan para nabi meskipun pada realitanya orang-orang isroil tidak mengikuti para nabi mereka.

Bahkan tidak mengikuti penutup para nabi yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang wajib bagi mereka untuk mengikuti Risalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam

Maka perilaku mereka ini bertentangan dengan firman Allah subhanahu wa taala dalam QS. al-Baqarah 134. Karena seorang manusia dinilai dengan amal yang dilakukan oleh dirinya sendiri, bukan karena amalan orang lain.

Meskipun para nabi alaihissalam adalah orang yang salat dan memiliki amal kebajikan serta akhlak yang paling mulia, akan tetapi hal tersebut tidaklah bermanfaat bagi keturunan mereka, jikalau amalan mereka tidak mengikuti amalan para nabi tersebut.

Amal baik yang dilakukan oleh mereka adalah untuk diri mereka sendiri dan dan untuk kita adalah amal yang kita lakukan.

Berbangga dengan amalan sholeh nenek moyang, membuat mereka merasa tercukupkan dari amalan shalih. Sebagaimana anggapan mereka yang menisbatkan diri kepada Ahlul Bait bahwa hal itu telah cukup bagi mereka sebagai amal sholeh. Hal ini tidak benar.

Padahal yang benar di hari kiamat seseorang akan bertanggung jawab terhadap amalannya sendiri. Tidak ada efek amalan orang shalih bagi kemanfaatan mereka.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 286

لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ

“Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya”

 

Sebagaimana pula hadits dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ketika Beliau berkata:

 

“Wahai orang-orang Quraisy selamatkanlah diri kalian, aku tidak dapat menolong kalian dihadapan Allah sedikitpun, ya Abbas pamannya Rasulullah, Ya Sofiyah bibinya Rasulullah, aku tidak bisa menolong kalian dari Allah sedikitpun. Wahai Fatimah anaknya Muhammad, Mintalah kepadaku dari hartaku dan yang ada padaku, karena aku tidak bisa menolongmu dari Allah.”

 

Lihat disini bahwa Rasulullah Shalallahu Wassalam berkata kepada orang-orang terdekat dalam hidupnya, “aku tidak bisa menolong kalian dari Allah sedikitpun”

Maka perhatikanlah orang-orang yang menisbatkan diri kepada Rasulullah atau orang-orang terdekatnya Rasul atau kepada orang-orang Soleh atau wali, Maka hal itu tidaklah membawa manfaat bagi mereka sama sekali di hari kiamat.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Surat Al Infitar ayat 19

يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا ۖ وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ

“(Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah”

Dan juga Allah berfirman dalam surat Abasa ayat 34-37
(يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ)
Pada hari itu manusia lari dari saudaranya
(وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ)
dan dari ibu dan bapaknya
(وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ)
dan dari istri dan anak-anaknya
(لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ)
Setiap orang dari mereka pada hari itu ada urusan yang menyibukkan

 

.
Syarah Masail Jahiliyah, Hal. 256-258
Ust. Aris Munandar

Disusun oleh: Radikal Yuda
@Pogung Dalangan Tercinta
Des 25,2017 10:22 AM