# Cerita ringan: Perubahan diri karena Agama

Belajar tidak perlu menunda. Rencana besok dan besok adalah suatu agenda yang diragukan realisasinya. Ya, memang sih sebagian kita masih disibukkan dengan sekolah dan kuliah. Tapi apakah lantas sampai ga punya waktu barang setengah jam untuk sekedar membaca buku, atau sekedar rekaman nasihat? Ah, terlalu beralasan untuk seseorang yang bahkan merasa tidak terjadi apa-apa setelah dua jam berkutat dengan gadget.

Hm, bukan tidak ada waktu. Bukan pula ga tahu mulai dari mana. Pilihan untuk belajar adalah sebuah langkah prioritas seseorang.

Memprioritas untuk belajar ilmu syar’i sadar tidak sadar adalah merupakan refleksi komitmen untuk memperbaiki diri. Karakter dan kepribadian unggul telah disebutkan dalam banyak riwayat. Mengambil teladan dari yang terbaik, sembari bercermin dimana posisi kita saat ini ketimbang mereka.

Ya, ketika seseorang itu telah berkomitmen, maka laksanakan dan landaskan semua itu dengan ketulusan niat. Dengan niat yang benar, efek belajar itu akan berdampak pada dirinya.

Sebagaimana Hasan Basri -rahimahullah- mengatakan: “Seseorang jika sudah menuntut ilmu, tidak menunggu lama sampai ilmu itu tercermin pada penglihatannya, kekhusyukannya, tutur katanya dan tangannya. Juga pada sholatnya, interaksinya dan kezuhudannya akan dunia”

Okay. “Tapi, saya masih melihat orang yang faham agama, tapi perilakunya sungguh buruk. Ini bagaimana?”

Bukan anda saja. Tapi saya pun terkadang menyaksikan secara bersama-sama. Baik. Ilmu itu adalah cahaya. Cahaya petunjuk hanya berefek pada hati yang jernih dan bersih. Tujuannya, berharap akan wajah Allah. Tatakala tujuan itu berubah, maka tak bermanfaatlah apa yang telah ia pelajari.

Pun dikisahkan pula oleh salah seorang Ustadz, kala itu ada seorang lelaki yang telah melakukan perjalanan ke suatu kota. Dalam kereta itu, urutan bangkunya berada dekat Ibu-ibu separuh baya. Obrolah pun terjadi antara keduanya. Lelaki muslim ini, mulai berbicara tentang Islam dan berbagai hal tentangnya. Setiap kali lelaki berbicara tentang sebuah topik, Ibu separuh baya itu memberikan dalilnya. Ia bacakan kutipan-kutipan ayat dan hadits-hadits Rasulullah tentang penjelasan topik tersebut. Ternyata ia adalah wanita yang telah menghafal al-Quran dan telah pula menghafal banyak hadits-hadits Nabi Shalallahu alaihi wasallam.
Tanpa sengaja, tatkala wanita ini hendak mengambil barangnya yang dilantai kereta, jatuh lah dari lehernya sebuah kalung dengan gantungan salib.

Raut wajah lelaki ini sentak berubah. Tak percaya. Dan kejanggalan muncul dipikirannya. Hatinya penuh gumam. Sebelum lelaki ini bertanya. Wanita paruh baya tu pun berkata, “Ya benar, saya bukan seorang Muslim. Karena hidayah itu belum sampai kepada saya.

Berusaha menggapai hidayah. Itu kemestian. Berdoa dan meminta agar di tetapkan pula hiayah tersebut dalam hati kita.

__________
*muslimplus.or.id*
Join BC Nasihat WA
Simpan no 089620688585
(Ketik) BC_Nasihat (Kirim ke) nomor tersebut