# Istidraj : tipuan bagi orang-orang yang bermaksiat namun penuh dengan kelimpahan nikmat

 

Kadang kita melihat manusia yang berlimpahan nikmat, hartanya banyak, hidupnya makmur padahal dari sisi ibadah dia adalah orang yang buruk amalnya, jelek akhlaknya, hidupnya jauh dari ketaatan. Lalu kita meratapi diri, “Saya kok hidup susah nan melarat ya?”

Tunggu dulu!

 

Kita harus pahami bahwa limpahan harta bukanlah bentuk kemuliaan dari Allah Taala kepada hamba. Sama sekali tidak. Kita harus pahami betul hal ini. Qarun apakah mulia dengan hartanya? Lalu, apakah sabahat Mu’awiyah jadi rendah karena miskin? Tentu tidak.

 

Jika begitu, maka tidak ada ruang bagi kita untuk menaruh rasa cemburu dan iri pada orang yang punya berlimpah harta (kecuali orang yang dermawan dan berjihad dengam hartanya tersebut). Selanjutnya, jika jiwa kita masih tidak terima karena melihat ada orang shalih miskin, ada pula pemaksiat kaya, maka yakinilah itulah salah satu bentuk jebakan yang Allah sediakan, sehingga akhirnya seorang pendosa kaya itu semakin jauh dari ketaatan, dan akhirnya ia akan di adzab dengan sekeras-kerasnya.

 

Sebagaimana firman Allah Ta’ala

 

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

 

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, *Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.*” (QS. Al An’am: 44)

 

 

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:

 

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

 

“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain).[1]

 

Oleh karena itu, cukupkanlah jiwa kita, lapangkan dada untuk senantiasa bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita

 

Jangan pula kita mengatakan dan termasuk dalam ayat berikut ini.

 

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

 

Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Rabbku telah memuliakanku”. Adapun bila Rabbnya (Allâh) mengujinya, lalu membatasi rezekinya (menjadikannya hidup dalam kekurangan), maka dia berkata: “Rabbku menghinakanku” (QS. Al-Fajr:15-16)

 

Teruslah bersyukur. Karena dengan syukur akan Allah tambahkan rezeki, Allah tambahkan kemuliaan bagi seseorang.

 

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dalam ketaatan kepada-Nya

 

Penyusun:  Radikal Yuda

@Pogung Dalangan

__________

Join BC Nasihat  WA

Simpan no 089620688585

(Ketik) BC_Nasihat (Kirim ke) nomor tersebut

 

___________

[1] Dikutip dari rumaysho.com