# Lebih baik sampaikan di depan dari pada menjelek-jelekkan dia di belakang
Menjaga hubungan baik itu penting bagi setiap orang. Itu hal wajar dan bahkan mesti diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu banyak ayat al-Quran dan Sabda Rasulullah yang menekankan tentang pentingnya menjaga hubungan persaudaraan. Menjalin ukhuwah Islamiyah. Berbuat baik kepada tetangga dan sebagainya.
Namun, pernahkah kita merasa terjebak? tatkala kita menemukan teman, atau sahabat dekat yang melakukan kesalahan, nyali kita tak ada sama sekali untuk menegurnya atau sekedar memberikan nasihat. Begitu pula, ketika ada seseorang yang punya sikap buruk atau kasar, kita mungkin merasa tersinggung, maka kita perlu menjelaskan dan saling berdiskusi sehingga apa yang menjadi masalah dapat diperbaiki atau diselesaikan
Tak jarang kita menemukan, tiba-tiba si dia, udah cemberut saja, memperlihatkan mimik wajah yang kurang sedap dipandang. Sebagai manusia yang terluput dari hal-hal yang bersifat batin atau ghaib, maka seseorang perlu menjelaskan apa yang hendak ia maksudkan.
Diam itu baik. Tapi diam yang memendam rasa itu perlu diungkapkan. Memang ada tipe-tipe orang yang sensitif dan cepat tanggap terhadap rangsangan tertentu. Dia paham, jika Bapak atau Ibu begini berarti itu tandanya mereka kurang berkenan. Adapula yang mengerti, jika jawaban teman sudah begini, maka itu tandanya ia sedang sibuk atau sedang keberatan. Sebaliknya, adapula bahkan orang yang telah berulang kali, maksud hati kita sampaikan, tidak ada jua respon baik dan perubahan.
Yang lebih parah lagi, adalah tipe-tipe mulut ember yang suka main di belakang. Jengkel dengan aib seseorang, ia sebarkan dan ceritakan ke orang-orang. Gayanya seperti ingin memperbaiki, namun sejatinya ia hanya hendak memperlihatkan, “Inilah dia saudara kita, ternyata begitu orangnya….” atau bahkan hendak bermaksud, “Inilah saya… bahkan dia tak lebih dari apa yang saya lakukan…”
Kita mesti berhati-hati, jika kita tipe-tipe seperti ini besar kemungkinan kita telah terjatuh pada dosa ghibah. Rasulullah bersabda,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ». قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya, “Tahukah kamu, apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah menggibahnya (menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti).” (HR. Muslim no. 2589)
Mari gentleman. InsyaAllah hubungan tak akan rusak, gara-gara hanya menyampaikan nasihat. Bahkan banyak contoh orang yang saling memberikan peringatan dan nasihat, menyebabkan hubungan mereka menjadi semakin erat. Lakukan langsung tanpa menjatuhkan kehormatan. Dan yang paling penting dengan sikap dan tutur kata yang sopan.
Hal ini penting untuk kita implementasikan, agar kita menjadi orang-orang yang beruntung. Sebagaimana Allah telah berfirman,
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةُُ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imran:104)
Akhirnya, stop untuk mengumpat atau membicarakan seseorang dibelakang. Sampaikanlah jika memang kita menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik. Bukan dengan menjadi pria bertopeng, berbaik dan bermanis muka di depan, tapi kita habisi harga dirinya di belakang.
Wallahu’alam
Penyusun : Radikal Yuda Utama
@ Perpustakaan UGM