# Cerewet tidak selalu buruk, bisa jadi tanda ia adalah wanita yang penyayang dengan keluarga
“Nduk, PR udah dikerjakan belum…?”
“Nduk, jangan lupa cuci piringnya setelah makan..”
“Nduk tolong pakaian kotornya dibawa ke tempat cucian…”
“Nduk, itu sepatunya di semir lho, berdebu….”
“Nduk, ayoo bangun, itu udah adzan… lelaki shalatnya ke masjid…”
“Nduk, Nduk, nduuk…”
Begitulah kira-kira gambaran keseharian di rumah. Ada saja suara-suara yang mengganggu kenyamanan kita. Ah, enak-enak main laptop, dipanggil. Baru saja baru pergi main di panggil lagi.
Tahukah kita? ternyata banyak orang dewasa yang kemudian sangat-sangat bersyukur dengan cerewet Ibu dimasa kecilnya. Mereka berharap, masa-masa itu bisa terulang lagi. Saat ini, kita mungkin gusar. Sedikit-sedikit disuruh. Sedikit-sedikit suara Ibu terdengar lagi. Jikalau kita pahami, cerewetnya Ibu adalah sebuah sekolah untuk membentuk karakter kita menjadi orang yang bertanggung jawab. Melatih kita untuk terbiasa perhatian dengan apa yang menjadi tugas dan kewajiban kita.
Membiasakan yang baik, disiplin, dan teratur itu tidak mudah lho. Kita bisa melihat diri kita, atau rekan kita, cuciannya menumpuk, piring-piring kotor ga tercuci, belum lagi kamar berantakan. Bisa jadi itu karena tidak terbiasa rapi. Sedari kecil sang Ibu tidak cerewet, “Nak, tolong kamarnya dirapikan…”
Ingatlah. Apapun itu, secerewet apapun Ibu, wanita tersebut pasti menginginkan kebaikan untuk anaknya. Bentuk rasa sayang yang benar ya seperti itu. Bukan malah memanjakan anak dengan full service dari bangun tidur sampai tidur lagi. Sehingga anak menjadi manja dan tidak mandiri. Padahal di luar sana, sang anak mau tidak mau akan bertarung dengan kerasnya hidup.
Semuanya akan terjawab pada waktunya. Suatu saat kita akan berkata, “Saya mengert… kenapa Ibu dulu bilang begini, kenapa dulu ibu bilang begitu…”
Maka, tidak sikap yang terbaik untuk wanita tersebut, selain kita cerewet memanjatkan doa untuknya. Tidak hanya Ibu, tapi ayah kita. Bapak Ibu yang bekerja sama, saling bahu membahu membesarkan dan mendidik diri kita.
Allah berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 23
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” (QS. Al-Isra : 23)
Penyusun : Radikal Yuda
artikel : Muslimplus.or.id
@Perpustakaan UGM