# Dasar Kawan pelit. Datangnya pas butuh doang. Kita bantu ga sih?

 

Terkadang sering kita merasa ada pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan kita pada suatu kondisi. Hal ini tampak tatkala seseorang sengaja berbaik-baik ketika ia terdesak. Mungkin dalam hati kita berguman, “Ah, ini orang baiknya pas ada maunya aja, coba di hari biasa. Minta bantuannya sulit amat. Pelit! Banyak alasan…”

 

Pernah mengalami? Seseorang yang ada maunya, tapi sama orang lain begitu pelit. Entah itu berbagi harta, tenaga, pikiran ataukah waktu. Ternyata ada lho yang lebih parah. Pelit dengan dirinya sendiri.

 

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata:

“Derajat pelit yang paling parah adalah pelit terhadap diri sendiri padahal ia sedang membutuhkan, betapa banyak manusia yang menahan hartanya (tidak keluar), semisal ketika sakit dan tidak berobat. Ia sedang berhajat terhadap sesuatu tetapi ia tahan karena pelit.”

 

Jangankan baik sama manusia, baik terhadap binatang bahkan bisa menjadi sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Tapi kenapa ya masih banyak orang pelit.

 

Rasulullah bersabda

فِى كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

 

“Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan ganjaran.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244)

 

Tentang orang pelit ini, bisa kita simpulkan beberapa tipenya:

 

1. Pelit sama diri sendiri

2. Pelit dengan orang lain

3. Pelit yang pilih pilih

4. Pelit yang parah.

 

Poin keempat ini yang teramat menjengkelkan. Udah pelit, terus mencari-cari keuntungan dari kesulitan orang lain. Lihai mencari kesempatan dalam kesempitan. Ujung-ujungnya ia ingin apa yang dia miliki tidak berkurang atau bahkan ingin agar terus bertambah.

 

Mari sejenak kita renungkan hadits berikut ini.

 

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata,

 

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ « أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا ، وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ »

 

“Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat, saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, “Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan.” (Muttafaqun ‘alaih)

 

Penyusun:  Radikal Yuda

____________

Join BC Nasihat WA:

( Ketik) BC_Nasihat (kirim ke) 089620688585