1. Yakini bahwa tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluar
Setiap orang punya masalah itu pasti. Kecil besar masalah seseorang bukan sebuah sebab untuk mengatakan, “Aku menyerah…, aku tidak bisa, aku tidak mampu” dan sebagainya. Pastikan. Setiap ada masalah maka akan ada solusinya. Karena jika tidak ada penyelesaian, makan bukan masalah namanya.
Yakin. Adalah kata yang mesti kita benamkan dalam sanubari kita. Selalu ada Allah. Maha Pemurah dan menggenggam setiap urusan makhluk.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. At-Thalaq ayat 2 dan 3
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Pada ayat selanjutnya Allah juga berfirman
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
Tidak ada kata putus asa dalam kamus kehidupan kita. Alhamdulillah, kita memiliki tempat bersandar yakni Allah Taala. Dan Dia adalah sebaik-baik tempat bersandar. Tempat mengadukan setiap kegalauan dan kesedihan. Memberikan jalan keluar bagi masalah-masalah kita.
2. Latih untuk bisa fokus pada satu pekerjaan lalu baru ke pekerjaan yang lain.
Jangan suka berleha-leha. Selesai satu pekerjaan. Segera berangkat ke pekerjaan yang lain. Selesai satu urusan, bukan selanjutnya diam. Tapi segera lanjut ke uusan yang lain.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS. Al-Insyirah: 7)
Dalam tafsir Ibnu katsir disebutkan tentang ayat tersebut:
“Yakni apabila kamu telah merampungkan urusan-urusan duniamu dan kesibukannya dan telah kamu selesaikan semua yang berkaitan dengannya, maka bulatkanlah tekadmu untuk ibadah dan bangkitlah kamu kepadanya dalam keadaan bersemangat. Curahkanlah hatimu dan ikhlaskanlah niatmu dalam beribadah kepada-Nya dan berharap kepada-Nya”
Bangkit kembali untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban kita, terlebih kewajiban agama.
3. Pastikan kita menyelesaikan apa yang telah kita mulai
Bersungguh-sungguh dalam satu hal itu harus. Salah satu tandanya seseorang itu berjuang hingga akhir. Ia berusaha menuntaskan apa yang menjadi pekerjaannya.
Seorang seorang tokoh nasional memberikan satu tips agar menjadi orang sukses. Dia mengatakan, “Selesaikan apa yang telah engkau mulai”.
Ya, jangan lalukan sesuatu dengan setengah jalan. Selain waktu kita jadi terbuang, kita juga belum bisa mendapatkan manfaat dari apa yang telah kita lakukan tersebut.
Saat telah berusaha dengan sungguh-sungguh, namun qadarullah ia tetap tidak mampu menyelesaikannya. Maka tidak ada lagi beban bagi seseorang tersebut.
Dalam Qawaidul fiqhiyah disebutkan
مَنِ اجْتَهَدَ وَبَذَلَ مَا فِي وُسْعِهِ فَلاَ ضَمَانَ عَلَيْهِ وَكُتِبَ لَهُ تَمَامَ سَعْيِهِ
“Barangsiapa bersungguh-sungguh mengerahkan kemampuannya, maka tidak wajib mengganti dan dianggap mengerjakan amalan secara sempurna”
Karena Allah Taala berfirman
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Allâh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. al-Baqarah:286)
Sekedar saran penulis, jangan terlalu banyak menghandle sebuah tanggung jawab. Banyak orang yang tertipu dengan kapasitas dirinya. Seakan ia mesin yang mampu bekerja dengan semangat yang konstan. Bekerja dengan tingkat kualitas terbaik dalam hidupnya. Ukur kemampuan, ambil bagian. Itu yang baik. Memaksakan diri itu tidak baik. Mentok-mentoknya jika dipaksakan, hasilnya pasti jelek dan tidak maksimal.
4. Latih diri kita untuk tetap berbicara dengan lembut, santu dan rapi dalam kondisi emosional sedang tidak stabil.
Jadi sibuk itu bagus. Punya aktivitas yang padat itu baik. Lelah? So pasti. Nah, terkadang kita khilaf. Karena bawaan fisik yang telah lelah dan capek, emosi kita mudah terpancing menghadapi sesuatu yang menjengkelkan. Kondisi ini sejatinya adalah titik kuncinya. Apakah kita tetap bisa menjadi pribadi yang santun dan bijaksana merespon setiap karakter orang.
Terkadang memang bawaan seseorang yang menjengkelkan, namun karena kondisi kita yang lelah maka kasar dalam berbicara tanpa sadar terlontarkan.
Hingga seseorang tersebut merasa tersakiti dan terzalimi.
Padahal Allah Ta’ala telah berfirman
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (QS. Al-Ahzab : 58)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda.
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” (HR. Bukhari no.10)
Penyusun: Radikal Yuda
____________
www.muslimplus.or.id
Join (klik) t.me/muslimplus
Join BC Nasihat WA:
( Ketik)BC_Nasihat (kirim ke) 089620688585