Ibnul Jauzi mengatakan, “Berapa banyak orang yang menjadikan pandangannya liar, lalu Allah mengharamkan mata hatinya untuk bisa mengambil pelajaran. Atau (orang yang tidak mengendalikan) lidahnya, lalu Allah menghalanginya dari kejernihan hatinya.”
Pandangan merupakan sumber dari rusaknya hati. Dengan berbagai fitnah yang tersebar saat ini, menundukkan pandangan bukan lagi sekedar pilihan. Tapi menjadi kewajiban. Tidak mudah. Tantangan itu semakin berat. Wanita yang merupakan fitnah terbesar bagi lelaki. Auratnya semakin lebar terbuka. Lihat kebawah, aurat. Lihat ke atas aurat juga. Lihat kesamping aurat. Duh, betapa bencana ini telah merusak hati. Telah merusak jernihnya pikiran. Bagi lelaki rusak, terlebih pemuda-pemuda yang matanya suka mengembara dalam gambar-gambar rusak, keluarnya wanita dengan pakaian telanjang merupakan sebuah ‘nikmat’ birahi. Anda bisa perhatikan mata mereka. Tatkala ada wanita yang keluar dengan auratnya terbuka. Tatapan itu menerawang dari ujung kaki sampai ujung rambutnya. Naudzubillah. Kita memohon kepada Allah diberikan kekuatan untuk menundukkan pandangan.
Liarnya pandangan bukan sama sekali ciri orang mukmin. Liarnya pandangan pada tahapan yang lebih lanjut membuat seseorang menjadi semakin rusak. Tatkala ia berumah tangga, maka memori tentang wanita-wanita itu akan merusak rasa qanaahnya dengan pasangan dan membanding-bandingkan antara kedua. Bagaimana pula keluarga yang kuat bisa terbangun?
Karena itulah kita mendengar Ulama salaf mengatakan untuk berhati-hati pada dua jenis manusia: pengekor hawa nafsu yang terfitnah oleh hawa nafsunya dan pecinta dunia yang telah dibutakan oleh dunia.
Menjaga pandangan. Tidak lain dan tidak bukan merupakan syariat Islam yang paling mulia. Islam telah menyadari betapa pandangan punya efek yang tidak kecil bagi seluruh kehidupan manusia. Pandangan yang liar akan merusak hati. Sedangkan hati merupakan poros dari kebaikan seluruh hidup manusia. Dimana Rasulullah bersabda, “ … segumpal daging…
Beratnya menjaga pandangan, dapat kita usahakan dengan mencari lingkungan yang baik. Menghindari tempat-tempat maksiat, dan berhat-hati dalam setiap pandangan yang bisa menjerumuskan kita. Selain itu, mencari sahabat yang baik, untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan sabar untuk terus menjaga diri.
Allah berfirman, “… serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (QS. Al-ashr : 3)
Saling menasihat untuk bersabar melawan syahwat. Khususnya yang bersumber dari pandangan yang tidak terjaga.
_________
/radikal yuda
@Yogyakarta –mejabelajar- 29 Maret 2017