Menjadi pemimpin itu, ketahuilah merupakan sesuatu yang berat. Hidupnya sangat dekat dengan surga dan neraka. Memang dibalik peluang kebaikan yang besar akan ada risiko yang sepadan.
Dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata : saya mendengar Nabi bersabda “Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik, selain tidak akan mendapat bau surga.”(Shahih Bukhari,no. 7150, lafaz darinya dan Shahih Muslim, no. 227-142).
Kita bisa melihat sendiri di negeri kita, lingkungan sekolah ataupun lingkungan kerja kita, terkadang kepemimpinan hanyalah ajang untuk mengekspos kehebatan diri di depan para pendukung. Sekedar harap dikenal dan harap popularitas. Ia abaikan esensi dari seorang pemimpin yang sejatinya adalah seorang pelayan. Pelayan bagi hak- hak masyarakatnya. Yang namanya pelayan, dimana mana posisinya tidak lebih tinggi dari yang dilayani.
Hadits ini menjadi nasihat kita semua, karena tiap jiwa itu adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggung jawaban akan apa yng dipimpinnya.
Terkait hadits di atas, DR. Muhammad Murtaza menyebutkan beberapa faidah, diantaranya:
1. Hadits ini mengancam keras kepada perbuatan curang dan khianat di dalam bersosialisasi antara masyarakat sebagai pejabat atau penanggung jawab, baik dalam urusan negara atau pun urusan semisalnya atau urusan di yayasan atau organisasi atau pun pada urusan keluarga dan individual. Sifat khianat menjadikan orang yang melakukannya tidak masuk surga dan wajib baginya menerima adzab yang pedih di neraka Jahanam.
2. Hadits ini salah satu hadits peringatan. Hadits peringatan mengindikasikan kepada perjanjian, baik itu peringatan yang dipenuhi atau pun tidak. Karena Allah telah menjadikan sebab yang dapat menahan dari hal tersebut, di antaranya : syafa’at, kebaikan yang dapat menghapus, ampunan Allah atas kehendakNya bagi siapa yang tidak menyukutukanNya.
3. Islam agama yang penuh amanah kepada orang yang memeluknya dan agama yang menjaga hak-hak baik individu maupun sosial.
Yang paling jelas, hadits ini menjadi pelecut bagi siapapun, tiap-tiap manusia punya kewajiban yang harus ia laksanakan, dan ada hak-hak orang lain yang harus ia tunaikan. Bagi seorang pemimpin, yang ia memimpin orang banyak, maka semakin banyak pula hak yang harusnya ia tunaikan. Kewajiban akan menjadi lebih berat. Mari kita bertakwa kepada Allah atas kepemimpinan kita. Mulai selalu dengan memperbaiki diri, berbenah dan berubah.
Artikel : muslimplus.or.id
Hamba yang fakir,
Radikal Yuda Utama
@Boeing Citilink Jog-Pku, 21 Rabiul Awwal 1437 H
Referensi :
Himpunan 90 Hadits pilihan periode ke-5, DR. Muhammad Murtaza bin Aish