maxresdefault

Langkah Keenam: Santai Tapi Berisi

Menyampaikan nasihat kepada remaja tidak mesti dalam sebuah majelis, keadaan yang semiformal, formal atau bahkan layaknya seorang hakim yang sedang menasihati sang terdakwa. Namun dalam keadaan santai, tentu penyampaian lebih terasa dari hati ke hati, karena itulah saat yang tepat untuk memberikan suplemen hati. Misalnya, kita duduk berbincang dengannya sambil menikmati secangkir teh hangat dan sepotong kue, di pagi atau pun sore hari.

Sahabat Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bercerita:

كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا …

“Aku pernah duduk di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas seekor keledai yang diberi nama ‘Uqoir, lalu Beliau bertanya: “Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?” Aku jawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendaklah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun ….”.

Sungguh, betapa santai saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Muadz radhiyallahu ‘anhu, berbonceng berdua di atas seekor keledai, bagaikan seorang ayah yang sedang memanjakan buah hatinya, dalam keadaan seperti itu beliau manfaatkan untuk menyampaikan nasihatnya.

Langkah Ketujuh: Sesekali Memuji itu Penting

Saudaraku, sesekali perlulah kiranya kita memuji seorang remaja ketika hendak menasihatinya, dengan harapan agar terbuka hatinya dan siap menerima apa yang akan disampaikan kepadanya.

Sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bercerita, bahwa ketika remaja, ia pernah bermimpi buruk pada malam hari. Lalu sampailah hal tersebut kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau menasihatinya untuk melaksanakan salat malam. Beliau berkata kepadanya:

نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ

“Sebaik-baik pemuda adalah Abdullah”.
Mendengar hal ini tentu Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berbunga hatinya, bak melati di musim semi. Kemudian Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

لَوْ كَانَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ

“jika ia melaksanakan shalat malam”.
Sejak saat itu Abdullah bin Umar menjadi pemuda yang senantiasa melaksanakan salat malam.

Langkah Kedelapan: Beri Hadiah

Memberi hadiah, salah satu dari sekian banyak bentuk ungkapan rasa cinta seseorang kepada saudaranya, tentunya cinta karena Allah Subhanahu wa ta’ala dan dalam hal yang diridhai-Nya.

Mengenai hal ini, kita pun dapat memberi hadiah kepada seorang remaja, misalnya berupa busana muslim, selain ungkapan cinta kita kepadanya, hadiah tersebut adalah nasihat baginya, yaitu hendaknya ia senantiasa meningkatkan ibadahnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Contoh lain, kita memberinya hadiah berupa buku yang memuat ilmu agama, sebagai nasihat baginya untuk senantiasa mempelajari ilmu agama, dan lain sebagainya.

Di antara faedah lain dari memberi hadiah adalah untuk menaklukkan hati seorang remaja, sehingga ia menerima apa yang yang disampaikan kepadanya dan merasa berat untuk menolaknya. Abdul Malik bin Marwan v berkata:

الهَدِيَّة السِحْرُ الحَلَالُ

“Hadiah itu bagaikan sihir yang memperdayakan (hati seseorang)”.

Langkah Kesembilan: Hadirkan Kisah-kisah Penggugah Jiwa

Menyukai kisah, cerita dan hikayat adalah tabiat setiap insan, bahkan dalam alquran kita dapati banyak sekali kisah-kisah yang penuh hikmah. Sebagian ulama pun mengatakan bahwa sepertiga dari al-Quran adalah kisah.

Di antara hikmah dari kisah-kisah yang ada dalam al-Quran adalah agar kita berfikir dan mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi pada umat-umat terdahulu, berupa kebaikan ataupun keburukan. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah agar mereka berfikir.” (QS.al-A’raf:176)

Menyajikan nasihat kepada remaja dengan sebuah kisah tentu sangat menarik dan menyentuh hati, terlebih lagi jika kita menyampaikan kisah tentang kesungguhan para ulama dalam menuntut ilmu, beribadah, berdakwah dan lain sebagainya.

Langkah Kesepuluh: Beri Kabar Gembira Tentang Janji Allah dan Rasul-Nya

Janji tentang sebuah kebaikan, merupakan metode pengajaran yang banyak terdapat dalam ayat-ayat al-Quran dan hadist-hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam. Di antaranya firman Allah Subhanahu wa ta’ala:

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنهار

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka (di akhirat kelak) disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya”. (QS.al-Baqarah:25)

Adapun dalam hadist, di antaranya sebuah kisah yang terukir dalam kitab Shahih Bukhari, bahwa sebelum perang Khaibar berkecamuk, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu sebagai pemegang bendera perang, ketika menyerahkan bendera bersebut beliau berkata yang artinya:

“Perangilah mereka hingga mereka menjadi seperti kita (Muslim) “. Beliau melanjutkan: “Melangkahlah ke depan hingga kamu memasuki tempat tinggal mereka lalu serulah mereka ke dalam Islam dan beri tahu kepada mereka tentang apa yang diwajibkan atas mereka. Demi Allah, bila ada satu orang saja yang mendapat petunjuk melalui dirimu maka itu lebih baik bagimu dari pada unta-unta merah (yang paling bagus) “.

Janji dari Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik janji, bumi dan langit menjadi saksi, bahwa keduanya tidak akan pernah mengingkari. Ketika berdakwah kepada para remaja, menyebutkan janji-janji kebaikan dari Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan suntikan dan pompa spirit yang sangat bermanfaat, untuk senantiasa taat kepada Rabb yang Maha Memberi nikmat.

Langkah Kesebelas: Kabarkan akan Pedihnya Adzab Allah

Pada satu sisi kita memberi kabar gembira, dan pada sisi yang lain kita sampaikan juga peringatan akan adzab yang Allah Subhanahu wa ta’ala sediakan bagi hamba-hamba-Nya yang durhaka, agar sempurna rasa takut dan pengagungan kepada Rabb yang Maha Kuasa.

Metode semacam ini banyak kita dapati dalam al-Quran dan hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam. Di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS.Ghafir: 60)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda yang artinya:
“Api kalian ini, yang dinyalakan oleh anak cucu Adam hanyalah 1 bagian dari 70 bagian dari panasnya api Jahannam. Mereka berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, api di dunia ini saja sungguh sudah cukup (untuk menyiksa).”Maka beliau bersabda, “Maka sesungguhnya api neraka jahannam dilebihkan 69 kali lipat panasnya, dan setiap bagiannya (dari 69 ini) mempunyai panas yang sama seperti api di dunia.”

Sekiranya para sahabat Nabi g takut akan adzab Allah Subhanahu wa ta’ala, umat setelah mereka lebih pantas untuk takut dan memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Semoga dengan menyebutkan betapa pedihnya adzab Allah Subhanahu wa ta’ala, hati-hati para remaja menjadi luluh dan tunduk kepada-Nya, serta senantiasa ingat bahwa kehidupan yang hakiki adalah akhirat, baik di surga yang penuh nikmat atau pun neraka yang penuh dengan adzab.

Demikianlah langkah-langkah yang hendaknya kita lalui dalam pendekatan dakwah kepada generasi muda umat ini. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Membolak-balikkan Hati memberi hidayah kepada mereka semua tanpa terkecuali, sehingga mereka senantiasa berusaha menjalankan ketaatan kepada-Nya dengan ketulusan hati dan sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, serta menjauhi larangan-larangan keduanya hingga kematian datang menghampiri.
Aamiin.