Maskam UGM

Miskin dan kaya keduanya sama-sama merupakan cobaan dan ujian dari Allah. Orang yang miskin diuji dengan kefakirannya, apakah ia dapat bersabar ataukah tidak. Sementara orang kaya diuji dengan kekayaannnya apakah ia dapat bersyukur ataukah kufur terhadap nikmat Allah Taala. Yang dilihat bukan kaya atau miskinnya, tapi bagaimana sikap seorang hamba terhadap kondisinya tersebut
Dalam QS. An-Naml ayat 40 Allah Taala berfirman
“…Dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Rabb-ku Maha Kaya, Maha Mulia.”
Harta bukanlah menjadi tolak ukur kemuliaan yang diberikan Allah kepada hambanya. Dan bukan pula kesempitan sebagai tolak ukur penghinaan dari Allah Taala. Keduanya adalah ujian. Kemuliaan yang sesungguhnya terletak pada ibadah seorang hamba kepada Allah dengan mentauhidkanNya.
So, jangan berfikir untuk menjadi mulia dengan harta. Telah banyak contoh, manusia yang bergelimang harta terjerembab ke dalam kenistaan dan kehinaan dunia. Melalang buana ditengah kehidupannya yang materialistik.
Bersabar dan bersyukurlah! Apapun yang kita terima saat ini merupakan pilihan Allah untuk kita. Terimalah dengan lapang dada. Pilihan Allah selalu hadir menjad sebuah garis takdir yang terbaik.
Dalam sebuah hadits shahih HR. Muslim Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :
“Sangat menakjubkan urusan seorang mukmin itu. Sungguh, semua urusannya adalah kebaikan baginya, dan hal ini tidak terjadi, melainkan pada seorang mukmin. Apabila mendapat kegembiraan ia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila mendapat kesusahan ia bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya”

 

Artikel : muslimplus.or.id
Penyusun : Radikal Yuda Utama

Sumber:
Dikembangkan dari Buku Kiat-kiat Islam menghadapi kemiskinan oleh Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawaz