Berat nian kaki ini tuk terus melanglah menuju kebahagiaan yang lebih berkah,

Godaan yang menghadang sering membuatku berkeinginan untuk tak lanjutkan langkah.

Ingin rasnaya kembali ke belakang, dan… mencicipi kenikmatan dunia yang hanya membuatku semakin alpa dan serakah.
Sehingga azamku tuk pergi meninggalkan gemerlapnya dunia amat sering goyah,

Ku akui, dahulu aku hanya seorang insan yang pantas disebut manusia jahiliyah.

Gemerlapnya dunia kadang membuatku lupa akan tugasku sebagai Abdillah.

Ah…
Tak mau ku ingat lagi masa-masa di mana imanku masih tergoyahkan,
Perintah-Nya sering ku nomor duakan,
Peringatan-Nya masih sering ku sepelekan,
Dan ancaman-Nya sering ku acuhkan.

Hingga pada saat hidayah-Nya datang…. dengan begitu semangat mulai ku azamkan.

Cahaya-Nya mulai menyiram,
Hatiku mulai menanam,
Hingga akhirnya berbuah kebaikan.
Saat ini…., hatiku sedang goyah,
Ingin rasanya kembali cicipi nikmatnya gemerlap dunia yang sebenarnya melenakan,
Pada saat inilah…, aku butuhkan teman yang memberiku semangat dan mengingatkanku akan kebaikan.
Aah…
Aku tak boleh tergoyahkan,
Karena nikmat iman telah Dia sematkan.

Adakah yang lebih nikmat dari nikmat iman yang saat ini ku rasakan?

Rasa syukur terus ku panjatkan, karena Dia telah mengenalkanku pada sebenar-benarnya iman,
Dia telah membimbingku menuju seindah-indahnya kehidupan,
Dia telah menunjukkanku pada sebenar-benarnya jalan,
Dan Dia telah mengirimkanku teman-teman yang terus ingatkanku akan kebaikan.

Ku akui,
Untuk meninggalkan apa yang selama ini disayang, amat sangat memberatkan. Namun Ku ingat, ini adalah ujian.

Manakala iman mulai tergoyahkan…
Ku ingat orang-orang istimewapun rela berkorban.
Semulia Nabi Muhammad Saw,
Ia tinggalkan kota tempat kelahiran, demi menyebarkan kebaikan.
Sekaya Abu bakar, Ia relakan semua harta kesayangan, Demi menolong Agama Allah yang dimuliakan,
Sekuat Umar bin khattab, Ia rela tinggalkan semua kesenangan, demi menggapai keridhoan.

Akhirnya aku mengerti,
Bahwa hijrah itu butuh pengorbanan,
Tak mudah seperti membalikan telapak tangan.

Cahaya-Nya telah Dia berikan,
Tak boleh ku sia-siakan,
Akan ku perjuangkan,
Sampai titik darah penghabisan.

Ya Allah,
Saksikan…
Aku manusia akhir zaman,
Siap tinggalan kehidupan dunia yang penuh kegelapan,
Menuju kehidupan akhirat yang diidam-idamkan orang beriman.

Sekalipin pasti akan terseok-seok selama perjalanan,
Akan banyak godaan pada tiap persimpangan,
Namun aku akan tetap berjuang untuk melawan.
Semoga Engkau menyaksikan.

25 November 2016
Penulis: Vivi Arfiah
www.muslimplus.or.id