Aku ingin membagi hasil ku membaca hati, hasil ku membaca kehidupan ini. Aku belum mampu membagi apapun, kecuali untaian kalimat hasil ku merenungi diri.

Prasangka? Tidak ada prasangka apapun sebenarnya. . .
Sesungguhnya prasangka berasal dari buruknya isi hati. Prasangka kita terhadap seseorang merupakan refleksi diri kita. Misal, ketika menilai orang lain bodoh atas argumennya, maka ketika kita berargumem salah secara otomatis merasuk dalam pikiran kita adalah mereka akan menganggap ku bodoh. Hal ini akan memunculkan kecemasan tersendiri. Inilah prasangka dalam hemat ku.

Maka dari itu, prasangka dapat dihilangkan melalui tetap menghormati orang lain tanpa syarat, dengan tidak melabelinya dengan penilaian yang buruk. Positive thinking! Menghormati orang bukan karena dia siapa, tapi karena kita manusia beradab yang saling menghormati.

Tulisan ini lepas dari teori apapun. Namun, ia bersandar pada pengalaman pribadi, seperti yang telah dijelaskan di awal dari sanubari.

Ku yakin banyak di luar sana bertebaran pemahaman serupa. Entah yang menyamai atau bahkan kontradiksi. Aku akan lebih senang jika kita terbuka, membagi pemahaman dengan adil dan ma’ruf.
Seperti itulah kiranya. . .

Yogyakarta, 29 November 16

Penulis: Dian Novita
www.muslimplus.or.id