Setiap jiwa ini jika disodorkan sebuah pertanyaan, “apakah korupsi, mencuri, menipu, menganiaya, merampok atau istilah kekinian membegal termasuk perbuatan salah?”

Sontak jiwa ini akan mengatakan “iya itu adalah perbuatan salah!” Jika ada yang mengatakan bahwa perbuatan itu semua tidak salah maka patut ada yang dipertanyakan didalam dirinya.

Pertanyaan lagi. “Siapakah yang pertama kali mengajarkan bahwa perbuatan itu semua adalah salah?” Siapapun orangnya dengan latar belakang agama seperti apapun itu selama ia masih waras maka akan mengetahuinya.

Ingat setiap jiwa akan selalu disertai dengan nurani yang akan selalu membimbing perjalanan hidupnya. Karena pada fitrahnya nurani suci akan senantiasa mengarah pada yang baik. Dalam keadaan apapun, nurani akan membisikkan suara jernih memerintahkan kepada yang baik-baik saja.

Nurani lah yang senantiasa mengarahkan kepada kebenaran yang hakiki. Analoginya sederhana, ketika Anda berjalan dikota kemudian melihat tepat dihadapan Anda dengan mata kepala Anda sendiri ada seorang ibu-ibu yang dijambret tasnya oleh perampok. Lalu ia berteriak meminta tolong maka sontak hati Anda akan terpanggil untuk membantunya.

Padahal kita tidak kenal dengan ibu itu, atau bahkan itu waktu kali pertama berjumpa denga ibu itu. Tapi karena nurani memandang itu adalah perbuatan yang salah maka tanpa dibangunkan Nuraini itu akan muncul sendiri.

Nurani akan memberikan sinyal ke tidak tentraman dijiwa ketika ada keburukan mendekat.

Sebagaimana ada hadits indah yang mengatakan.

“Mintalah fatwa pada hatimu, kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati. Meski orang-orang memberikan fatwa kepada mu dan mereka membenarkanmu.”

-hr muslim-

– Jember, masjid kampus setelah shalat. 21 Oktober 2016.

Penukis: Fitra Aryasandi
Artikel: muslimplus.or.id