Hubungan timbal balik itu memang berlaku adanya. “Ketika iman sedang naik maka beribadah pun akan menjadi tekun, sebaliknya ketika iman sedang mengalami penurunan maka kualitas ibadah pun akan menurun.”

Jika dikatakan iman itu labil maka memang itu adanya, karena iman bukanlah sesuatu yang statis. Iman itu memiliki grafik naik dan turun. ( alimanu yazid wa yankus ).

Ketika iman tepat pada grafik tinggi maka kita akan senantiasa semangat untuk beribadah. Jangakan ibadah-ibadah yang bersifat wajib yang sunnahpun ikut terlaksana kan dengan gairah dan semangat yang tinggi.

Sebaliknya disaat iman tepat pada grafik rendah, kita semakin malas-malasan dalam beribadah. Yang bersifat wajib saja malas melaksanakannya terlebih yang sunnahnya.

Jika sudah demikian bagaimana agar iman selalu berada pada grafik tinggi, atau paling tidak supaya tidak terlalu anjlok dalam penurunannya.

Pertama disaat grafik iman sedang mengalami penurunan, saat kita sedang berada dalam situasi malas-malasan maka tetaplah terus paksakan untuk terus beribadah kepada Allah.

Karena analoginya simpel, iman dapat berada pada grafik naik bersamaan dengan bertambahnya ketaatan kepada Allah.

Sebaliknya ketika iman pada grafik turun seiringnya dengan berkurangnya ketaatan kepada Allah, serta seringnya kita melakukan maksiat.

– Jember, waktu istirahat kampus. 19 Oktober 2016.

Penulis: Fitra Aryasandi
Artikel: muslimplus.or.id