Matahari begitu indah ketika mulai bersembunyi, warna jingganya mulai mencengkram, ditemani perlombaan rintik hujan yang terus bertaburan, membasahi dedaunan, ranting, serta tanah merah yang lama begitu kering.

Bersama itu pula beribu kenangan indah kita lewati bersama, canda, tawa, duka, semua manjadi satu kala itu, semua masih polos bagaikan kertas putih yang belum tersentuh dengan goresan tinta hitam, pernah memiliki cinta tapi itu hanya sekedar cinta monyet.

Bersama menghabiskan waktu, mengisinya dengan berkumpul berbagi dan saling melengkapi kekurangan, tapi kini sudah berubah, yah berubah total.

Semuanya seperti terulang dari titik terendah, masa itu terlalu cepat untuk dinikmati, masa itu terlalu cepat dilewati, berasa beberapa detik saja kita melaluinya.

Semuanya sudah sibuk dengan tekad bulat yang dipersiapkan dengan matang, siap melangkah jauh, siap menempa menjadi manusia terbaik, dan siap menyongsong masa depan.

Memutuskan satu keputusan dengan hati terbaik, kita bukan pergi untuk sesutau yang sia-sia tanpa arti, tapi kita akan pergi dan berpisah untuk menjemput masa emas yang kita nanti selama kita bersama beberapa tahun lalu.

Karena kita yakin dengan satu pijakan yang pasti, tak ada diantara kita kelak yang ingin menjadi manusia benalu yang hanya bisa merugikan orang lain, tapi semua berharap ingin berevolusi, bergerak dan berpindah menjadi makhluk terbaik yang bisa menabur kebaikan kepada setiap insan.

Besitan bayangan selalu menghantui seolah tak memliki ujung, kenangan bersama selalu terngingang, tapi hanya dengan kesibukanlah semua bisa terhibernasi sejenak.

Hati tak bisa diakal-akali apalagi didustai, selalu membisikan akan kerinduan hangatnya kebersamaan. Karena kenangan bagai rintik hujan yang turun dari langit biru, sekuat dan sehebat apa pun kita tetap saja tidak bisa menghentikannya. Begitu juga dengan hati ini.

Tapi kita yakin barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika kita tidak bisa menerima, sudah bisa dipastikan kita tidak akan bisa melupakan.

Semoga persahabatan ini tidak hanya berhenti samapi disini saja, kita ingin persahabatan kita sampai waktu yang memisahkan dan waktu juga yang akan mempertemukan kembali kelak dialam yang tak pernah mati dan abadi.

Untuk mu sahabat ku, yang kucintai karna Allah.

– Jember, lapangan futsal, menunggu giliran. 24 September 2016

Penulis:Fitra Aryasandi
Artikel: muslimplus.or.id