Tak terasa waktu dua tahun telah berlalu, kisah kami bersama, berbagi cerita, canda tawa, merajut cinta monyet, saling usil, semuanya terbungkus dalam atmosfer putih abu-abu. Istilah tidur dikelas saat guru mengajar bukan menjadi pemandangan yang tabu.
Menemukan rival dalam prestasi, bergelut dalam satu tujuan itu hal biasa, satu persatu memori terekam, berkumpul dalam sebuah kotak mungil kenangan. Dimana saat tidak mengikuti belajar dikelas maka sang guru lah yang sibuk mengejar-ngejar, tidak ikut ujian gurulah yang pusing kapan bisa melakukan ujian susulan.
Perihal cinta masuk juga didalamnya, entah cinta itu cinta sejati atau hanya cinta monyet belaka. Semuanya sudah berlalu, semuanya telah berlabu. Hanya tinggal kenangan saja. Kini sudah berevolusi menjadi insan yang lebih baik, mulai menghadapi keseriusan badai kehidupan.
Tapi saat mulai membuka lembaran baru dari masa lalu, masih ada sesuatu yang terus mengintai perasaan ini, kenangannya selalu hadir di momen tertentu, sebilah tempat yang dilalui hadir dalam nostalgia. Bayangannya selalu melayang-layang dalam benak. Yap, namanya mantan, yang dulu separuh hati ini pernah singgah dihatinya, terkadang suka kembali bayangan-bayangan itu. Tapi aku tak risau soal itu. Toh seiring berjalannya waktu itu semua pun akan sirna. Karena ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatisipasinya.
Mengisi hari dengan taubat dan menyesali perbuatan yang dilakukan, menyibukkan diri dengan kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat, berhijrah dari tempat yang dulu kelam, menjaga pergaulan dari mereka-mereka yang melakukan hubungan tanpa janji suci, jika kenangan dan bayangan masih tetap bersemayam dalam benak mungkin cara terjitu membayangkan kejelekan yang pernah ia lakukan. Bertekad serius ingin menjalin hubungan ke jenjang yang lebih tinggi dengan ikatan bingkai suci.
Penulis: Fitra Aryasandi
Artikel: muslimplus.net