Saudaraku masih ingat kah kapan terakhir kali kau meletakkan kening mu di atas sajadah, nampaknya terlihat ia saat ini tergeletak diatas meja, lipatannya sama sekali tak berubah. Masih seperti tahun lalu.

Apakah tumpukan demi tumpukan tugas yang membuat mu sulit untuk memenuhi panggilan-Nya.

Saat kau masih terlalap diatas empuknya kasur, ia sudah berkumandang. Saat kau masih tanggung menyelesaikan sesuatu ia juga sudah berkumandang kemudian saat kau lelah telah menyelesaikan semuanya ia pun masih tetap berkumandang.

Tapi apa daya, semua panggilannya seolah hanya tinggal lewat saja, tak ada sedikit pun terketuk untuk memenuhinya.

Berbeda dengan panggilan dari sang pujaan hati, atasan kerja atau dosen pembimbing maka dengan sigap memenuhinya.

Tak sadar kah wahai saudara ku, setiap panggilan yang kau abaikan itu jauh lebih besar dari semuanya.

Dialah yang menciptakan sang pujaan hati, Dialah yang menciptakan atasan kita dan Dialah yang menciptakan dosen pembimbing.

Lebih dari Itu Dialah yang memberikan segala kebutuhan hamba-hamba-Nya.

Masih pantas kah kita selalu mengabaikan panggilannya itu, sangat tidak pantas. Sadarkah?setiap hembusan oksigen yang kita hirup setiap saat dengan gratis itu termasuk pemberian dari-Nya.

Ritme kedipan mata yang selalu kita nikmati tanpa harus menguras tenaga. Itu pun pemberian-Nya.

Entah lah, jikalau memang harus dipaparkan secara terperinci, semua nampaknya sangat tidak bisa dituliskan, karena sangat banyaknya nikmat itu.

Sampai pun jika semua ranting yang ada didunia dijadikan sebagai pena kemudian air laut dijadikan sebagai tinta. Semuanya masih belum cukup. Karena begitu banyak nikmat-nikmat-Nya.

Penulis: Fitra Aryasandi
Artikel: muslimplus.net