Ibnul Jauzi rahimahullah menuturkan realita yang beliau dapatkan.
Aku telah bertemu banyak guru dengan keadaan dan keilmuan yang berbeda-beda.
Guru yang paling bermanfaat adalah guru yang mengamalkan ilmunya walaupun hanya sedikit.
Aku pernah bertemu dengan guru-guru yang hafal dan faham tentang hadis, tapi mereka masih suka menggunjing orang lain, menukar agama dengan dunia dan sembarang dalam berfatwa.
Pada lain hari aku bertemu dengan Abdul Wahab Al-Anmathi, sosok ulama yang rabbani. Dia tak pernah menggunjing orang lain sedikitpun, selalu mengajarkan ilmu tanpa pamrih, dan menangis saat mendengar hadis tentang tazkiyatun nufus. Sikapnya sungguh membuatku terpana.
Dalam kesempatan yang berbeda, aku bersua dengan Abu Manshur Al-Jawaliki, guru yang pendiam, hati-hati dalam ucapan, kuat dalam hafalan, rajin puasa sunnah, dan hati-hati saat berfatwa.
Jujur, aku sangat banyak mengambil manfaat dari dua guru ini daripada yang lainnya. Akupun mulai faham, ternyata pengajaran melalui perbuatan lebih berkesan dari sekedar perkataan.
Demi Allah, ilmu butuh pengamalan. Betapa miskinnya orang yang berilmu tapi tak mau beramal.
@ Diterjemahkan secara bebas dari kitab Shaidul Khatir hal 138.
Penerjemah : Muhammad Abu Rivai
Artikel : www.muslimplus.net