Sering kita merasa tak sabar dalam penantian terkabulnya doa, rasa tergesa-tergasa muncul didalam hati, padahal Allah sendiri sudah berjanji didalam kitab yang mulia, setiap hamba yang menadahkan kedua tangannya akan dikabulkan. Hanya saja kita tidak mengetahui dalam bentuk apa Allah akan mengijabah doa kita dan kapan waktunya.
Ketika hati ini sudah merasa lelah dalam berdoa, kita mengingat kisah Tsa’labah, seorang miskin yang meminta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk didoakan menjadi kaya. Rasulullah sempat menolak dua kali. Karena Tsa’labah terus mendesak, akhirnya dipermintaan ketiga, Rasulullah pun mendoakan beliau.
Bukan Rasulullah yang menjadikan Tsa’labah kaya, tapi beliau hanya turut mendoakan. Akhirnya mendadak ternak kambing Tsa’labah berkembang biak dengan sangat cepat, kemudian Tsa’labah menjadi kaya, saking banyak ternak yang beliau miliki, maka dia menggembalakannya hingga keluar kota. Akibatnya beliau sering terlambat melaksanakan shalat jum’at.
Dari kisah di atas kita dapat bercermin bahwa semuanya memiliki hikmah dan kita harus banyak merenung, muhasabah diri, apakah doa yang kita panjatkan memang berada pada level kebutuhan primer kita. Mungkin saja doa yang selama ini panjatkan kepada Allah sebenarnya adalah sesuatu yang sedang tidak kita butuhkan, atau justru akan menimbulkan dampak tidak baik bagi kehidupan kita mendatang.
Dan alangkah sejuk dan indahnya hati ini jika kita merelakan diri untuk berdoa “Ya Allah, ini hamba-Mu yang lemah, yang fakir terhadap Mu, yang senantiasa butuh akan curahan rahmat dan kasih sayang Mu, hamba yakin semua kebijaksanaan dan ketentuan-Mu adalah yang terbaik dari yang terbaik bagi hamba-Mu, yang tidak memiliki walau setetes dari samudra ilmu Mu, maka dari itu berikanlah yang terbaik bagi hamba.
Penulis: Fitra Aryasadi
Artikel: muslimplus.net