“Kalo hidup hanya sekedar hidup, babi hutan juga hidup. Kalo kerja hanya sekedar kerja, kera juga berkerja” (Buya Hamka)

Terkadang jiwa ini selalu merasa gundah, galau, gelisah, tidak tenang karena satu sebab yang sering kita lakukan, apa itu? seringnya membanding-bandingkan diri ini dengan orang lain.

Membandingkan apa? Ya apa saja, bisa membandingkan pakaian, merek tas, rumah, kendaraan, gadget, penghasilan, jabatan, ketampanan, kepintaran, atau popularitas. Sehingga kita melupakan jutaan nikmat dan karunia yang Allah hadiahkan untuk kita, dari situlah hilang rasa syukur kepada-Nya.

Padahal jika kita benar-benar ingin menghitung semua pemberian Allah untuk kita, kita akan menjadi manusia yang sangat bahagia, karena begitu tak terhingganya nikmat yang Allah berikan untuk kita hingga kita tidak dapat menghitungnya satu-persatu.

Jika kita membuka mata dan bangun dari tidur nyenak kemudian sadar, kita akan mengetahui bahwa semua nikmat-nikmat yang ada didunia hanyalah fana tidak abadi, dimulai dari kita terlahir ke alam dunia ini sampai masuk ke liang lahat, berapa kira-kira waktu yang kita habiskan untuk menikmati semuanya, 50 tahun, 60 tahun, 70 tahun atau 100 tahun, ya sekitar angka segitu.

Sebelum itu pada hari kiamat nanti akan didatangkan orang yang paling senang hidupnya didunia dari kalangan penghuni neraka. Kemudian ia dicelupkan ke dalam neraka sekali celup, lalu dikatakan kepadanya,

“Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kesenangan ketika didunia dahulu?” Ia menjawab, “Tidak demi Allah wahai Rabb-ku.” Lalu didatangkan orang yang paling sengsara hidupnya di dunia dari kalangan penghuni surga, kemudian ia dicelupkan ke surga sekali celup, lalu dikatakan kepadanya

“Wahai anak adam, apakah engkau pernah merasakan kesusahan atau penderitaan ketika didunia dahulu?” ia menjawab “Tidak demi Allah, aku tidak pernah merasakan kesusahan atau penderitaan sedikit pun.” (HR. Muslim)

Oleh karenanya jangan pernah bermimpi untuk bisa meraih kebahagian selama diri ini masih hobi akan membanding-bandingkan dalam perihal dunia, karena bahagia akan hinggap saat kita mensyukuri nikmat dan karunia Allah.

Jika kita masih ingin membandingkan diri ini dengan orang lain maka hanya tiga hal ini yang diperbolehkan, apa itu?

1. Tekunnya ibadah.
2. Besarnya manfaat.
3. Dalamnya ilmu.

Selain tiga hal itu, patut bagi kita mensyukuri yang telah kita dapatkan. Semoga dengan cara ini Allah membahagiakan hidup kita.

Adapun sindiran yang cukup menyentil perih telinga kita, yang pernah Buya Hamka nasehatkan diatas dengan perumpamaan babi hutan dan kera, seolah menuturkan, jika kualitas hidup kita hanya sekedar menjalani hidup mengalir begitu saja tanpa ada makna, apa bedalah kita dengan seekor babi hutan yang selama ini kita rendahkan. Jika setiap hari kita melakukan berbagai aktivitas seperti kerja, kerja dan kerja hanya untuk mencukupi kebutuhan hidup tanpa ada tujuan yang lebih tinggi, apalah bedanya kita dengan kera yang setiap hari juga bekerja untuk mencukupi hidupnya.

Karena kita hidup ini bukan hanya sekedar untuk makan, dan makan bukan hanya sekedar untuk hidup, Allah menciptakan kita sebagai makhluk yang sempurna, yang mana Allah mengamanahi kepada kita tugas agung yang begitu mulia sebagai khalifah di muka bumi. Ini adalah sebuah misi besar yang hanya mampu di emban oleh manusia.

Jadikanlah kesempatan yang Allah berikan hanya sekali ini sebagai perjalanan panjang untuk menjadi pemakmur bumi Allah, kita menebar seluas mungkin manfaat bagi sesama dan menjadikannya sebagai bekal untuk menuju perjalanan yang lebih hakiki. Yaitu sebuah perjalanan menuju kehidupan yang abadi.

Penulis: Fitra Aryasandi
Artikel: muslimplus.net

Pengen dapet tulisan kece, remaja banget, dan bikin hati sejuk? Yuk gabung bersama kami di BBM 57705B89 atau WA 082284224158

Muslim Plus, Media Muslim Muda Indonesia