Menjaga hati sangat berat. Itulah yang dirasakan. Intensitas komunikasi yang tinggi mampu menciptakan banyak arti. Jangan kira tak terjadi apa-apa. Kekaguman, keserasian dan ketertarikan bisa muncul kapan saja. Awalnya mungkin hanya mengajarkan cara menutup aurat, mengingatkan tentang akhirat, berpakaian tak boleh ketat, dan tetap semangat untuk shalat. Tapi siapa yang menjamin isi chatting aman dari maksiat?
Dakwah dijadikan alasan. Katanya ingin membina sebelum membini. Niat baik belum cukup untuk mendapatkan pahala. Terlebih bila disana ada bumbu-bumbu merah muda. Panah cinta lepas dari busurnya sebelum ditarik. Melesat begitu cepat dan menancap sangat kuat. Sadarkah bahwa setan hadir sebagai pihak yang ketiga?
Kata-kata yang diiringi canda membuat hati berbunga-bunga. Khamer asmara benar-benar membuatnya gila. Ada luka yang menganga, tapi masih saja tertawa. Ada bahaya yang mengancam, namun masih saja merasa tenang. Setan musuh yang nyata sedang mengajaknya untuk bermaksiat kepada Allah ta’ala, belumkah sadar dengan tipu dayanya?
Sisa-sisa iman berbisik pelan mengingatkan. Biarlah orang sibuk dengan cinta yang tak halal. Mengotori pojok-pojok taman dan merusak pemandangan. Tak perlu iri atau malah mengikuti dengan taaruf tapi mesra dan cinta terselubung bermoduskan dakwah.
“Engkau yang diam-diam aku cintai. Bila kehadiranku merusak keimananmu, maka izinkan aku untuk menjauh meninggalkanmu.”
Halalkan atau tinggalkan. Menanti waktu berbuka dari puasa cinta. Ada 30 juz Al-Qur’an yang belum terhafal. Ada 42 hadis Arbain yang belum tersentuh. Ada amanah orang tua yang belum tertunaikan. Percayalah… Allah tak pernah mengecewakan hamba-hamba Nya.
@ Terinspirasi dari tulisan “Mahligai Cinta Di Pelataran Kampus”
Penyusun : Muhammad Abu Rivai
Artikel : muslimplus.net
Pengen dapet tulisan kece, remaja banget, dan bikin hati sejuk? Yuk gabung bersama kami di BBM 57705B89 atau WA 082284224158
Muslim Plus, Media Muslim Muda Indonesia