Ada sebuah cerita tentang seseorang yang doanya menembus langit. Siapa dia?
Di zaman tabiin, ada seorang lelaki bernama Ibnu Munkadir. Di suatu malam ia berangkat ke Masjid Nabawi di Madinah. Suasana begitu gelap gulita. Sesaat ia bersandar di salah satu tiang masjid, dia merasa ada bayangan yang bergerak. Oh ternyata ada orang lain yang datang dan berdoa. Tapi saking gelapnya disana, orang yang barusan datang tidak melihat ada Ibnu Munkadir.

Orang yang baru datang tadi berdoa, “Ya Allah, sungguh kemarau ini telah sangat menyiksa. Aku mohon pada-Mu, ya Allah, turunkanlah hujan pada penduduk Madinah”. Ketika itu Madinah sedang dilanda kekeringan yang parah. Sudah banyak doa dan shalat Istisqa’ diselenggarakan, tapi tetap saja belum mampu mendatangkan hujan. Tapi sesuatu yang luar biasa terjadi. Begitu orang tadi selesai berdoa, tak lama kemudian guntur menggelegar, kilat menyambar, dan turunlah hujan.

Ibnu Munkadir bertanya tanya, siapakah sosok misterius tadi? Mana mungkin ada penduduk Madinah yang tak dikenalnya? Waktu pun beranjak fajar dan diselenggakanlah shalat Subuh berjamaah di masjid.

Seusai salam, Ibnu Munkadir bertekad untuk membuntuti lelaki misterius itu, ke mana perginya dan di mana tempat tinggalnya. Begitu lelaki itu bangkit dari masjid, Ibnu munkadir mengikutinya. Didapatinya lelaki itu menuju ke pinggiran Madinah, menembus lorong-lorong kota. Sampailah kemudian lelaki itu masuk di rumah yang sederhana. Ibnu Munkadir berhenti sejenak. Tak lama kemudian, ia mendatangi rumah itu.

“Assalamualaikum!” kata Ibnu Munkadir.
“Wa’alaikumussalam, wahai Ibnu Munkadir,” kata lelaki itu.
“Bolehkah saya masuk?”“Masuklah, silakan. Apakah engkau membawa sepatu untuk diperbaiki?” tanya lelaki itu.

Ternyata lelaki itu berprofesi sebagai tukang reparasi sepatu dan alas kaki. Ibnu Munkadir berkata : “Aku mendengar doamu tadi malam, wahai Saudaraku. Apa yang kau lakukan untuk akhiratmu sehingga doamu langsung diijabah?” tanya Ibnu Munkadir hati-hati.

Tak disangka, ternyata lelaki itu langsung berubah ekspresi. Ia tampak marah.

“Jangan engkau bercerita kepada siapa pun dan jangan pernah lagi datang ke sini!” kata lelaki itu marah. Ia pun berkemas.
“Bagaimana jika aku ingin bertemu denganmu?” tanya Ibnu Munkadir.
“Tunggu saja di masjid!” kata lelaki itu.

Ibnu Munkadir pun segera mohon diri. Hari hari berikutnya, Ibnu Munkadir menunggu lelaki itu di masjid. Tapi anehnya, lelaki itu tak pernah lagi kelihatan batang hidungnya. Akhirnya, Ibnu Munkadir memutuskan untuk mendatangi lagi rumah si tukang servis sepatu itu.

“Assalamualaikum”
“Waalaikumussalam”, jawab yang punya rumah.
“Bisakah aku bertemu dengan lelaki yang memperbaiki sepatu?” tanya Ibnu Munkadir. Terlihat ada raut kekecewaan di wajah orang yang ditemuinya.
“Kaukah yang bernama Ibnu Munkadir? Apa yang kau lakukan terhadapnya dalam pertemuanmu kemarin dengannya?” kata pemilik rumah.
“Tak ada apa apa. Memangnya ada apa?” jawab Ibnu Munkadir.
“Kau telah membuat orang saleh di rumah ini pergi. Semenjak berbicara denganmu di pagi itu, ia pergi berkemas dan tak pernah kembali!” jawab penghuni rumah.

Ibnu Munkadir pun pergi, mencoba mencari lelaki itu ke setiap sudut kota Madinah. Tapi tak pernah ditemukannya. Sampai hari ini, tak ada yang tahu siapa lelaki yang doanya menembus langit itu.

Hikmah :

Kisah ini adalah pembelajaran tentang keikhlasan. Perhatikan lelaki itu, betapa ia tidak ingin amalnya diketahui orang lain. Betapa ia marah jika orang lain tahu karena ia khawatir akan menjadi riya’. Hati hati menceritakan amal kemana mana, terlebih di zaman dimana sosial media bertebaran. Tanyakan pada diri sendiri, progress tilawah, haji, umrah, semua postingan dan foto foto mengenai ibadah itu untuk siapa? Yuk kita pamerkan ibadah itu hanya kepada Allah.

@ Disadur dari “Kumpulan Kisah Wajib Untuk Dibaca” karya M. As’ad Mahmud, Lc.

Penyusun : Rizky Amalia
Artikel : muslimplus.net

BBM : 57705B89
Whatsapp : 082284224158