Teringat petuah lama. Dari orang istimewa. Tentang cinta dan cita-cita. Untuk yang baru mengenal cinta. Gejolak dalam dada. Senyum tawa di bibirnya. Inikah namanya cinta? Seakan tak percaya. Satu kata penuh makna. Membuatnya seperti raja. Oh, inikah cinta? Benar kata mereka. Hidup tanpa cinta seperti taman tak berbunga. Dia bunga dan aku lebahnya? Ntahlah, bingung juga dibuatnya.

Bangunlah nak, jangan terbuai dibuatnya. Tak mungkin membunuh cinta. Tapi mungkin mengolahnya. Itu hal biasa dalam kisah remaja. Kosakata dalam kamus pemuda. Yang pernah muda, mungkin merasakan hal yang sama. Bukan aib jika tiba-tiba ada. Namun, bagaimana cara mengolah cinta?

Tentang cinta dan orang yang dicinta. Kepada siapa melabuhkan cinta. Untuk seseorang disana. Ingin rasanya berjuang bersama menggapai ridho-Nya. Kecintaan kepada Allah ta’ala, semoga menjadi asas utama dalam membangun cinta.

Awalnya merasa tak suka. Kemudian malu-malu bertanya. Akhirnya mulai cinta dan terbiasa. Awas, disinilah setan memainkan perannya. Jangan terpedaya oleh musuh yang nyata. Belum nikah, belum halal untuk menyentuhnya. Belum halal untuk memandangnya. Berkomunikasi dengannya, juga ada rambu dan aturan mainnya. Lingkungan mungkin berkata hal yang berbeda. Ah, biasa saja. Tapi bukan itu patokannya.

Penulis : Muhammad Abu Rivai
Artikel : www.muslimplus.net

Pengen dapet tulisan kece, remaja banget, dan bikin hati sejuk? Yuk gabung bersama kami di BBM 57705B89 atau WA 082284224158

Muslim Plus, Media Muslim Muda Indonesia