Semua yang bernyawa akan mati. Umur akan habis. Ruh akan di cabut. Raga akan lemah. Tidak ada yang tersisa. Kecuali amal baik tatkala nyawa masih hidup. Sedekah tatkala umur masih tersisa. Rasa takut tatkala ruh masih ada. Ibadah tatkala raga masih kuat.
Lingkungan dan teman yang salah, akan semakin menjauhkan kita dari tata hidup yang baik. Membuat kita lalai dan terlena dengan berbagai aktivitas yang tidak mendatangkan manfaat bagi kita. Hanya tatkala kuat, kita mampu mengumpulkan pundi-pundi kebaikan. Lantas, tatkala kuat waktu kita habis dengan maksiat? Lalu diwaktu lemahnya sendi-sendi tubuh, kita berharap dengan kebaikan? Sungguh berat. Hidupnya seseorang dimulai dari kebiasaannya diwaktu muda.
Orang baik menjadi semakin asing dikalangan masyarakat. Orang yang suka memberi semakin langka. Orang taat dikucilkan. Pergi ke masjid, dianggap Islam radikal. Dan berbagai paradigma dan kecurigaan yang tak beralasan. Cara pandang seperti ini akhirnya mendorong diri mereka sendiri semakin anti dengan kebaikan. Anti dengan Islam. Nabi mengatakan, “Jadilah kamu di dunia bagaikan orang asing atau seorang pengembara”
Ibnul Jauzi mengatakan, “ Siapa saja yang berpikir tentang dampak kehidupan dunia pasti akan bersikap waspada! Begitupun bagi siapa saja yang akan hendak menempuh perjalanan panjang, dia pasti akan mempersiapkan bekalnya”
Penyusun : Radikal Yuda Utama
Artikel : www.muslimplus.net
Mau tulisan kece, remaja banget, dan bikin hati sejuk? Yuk gabung bersama kami di FB : Muslim Plus | BBM : 57705B89 | WA : 082284224158 ketik [Be A Muslim Plus (spasi) Nama] | Twitter : @BeMuslimPlus | IG : Muslim Plus | Google Plus : Muslim Plus | Telegram: @muslimplus