Shalat

Setiap perbuatan seseorang selalu ada motifnya. Maka tidak ada motif yang paling mulia, selain ikhlas karena Allah. Lillahi Ta’ala. Orientasi keikhlasan adalah menjadikan motivasi demi melaksanakan perintah Allah Taala sebagai penggerak utama suatu amalan. Setelah memiliki tujuan tersebut, tidaklah berdosa jika seseorang memiliki tujuan yang lain seperti mendapatkan kenikmatan di akhirat atau ingin selamat dari pedihnya azab akhirat.

Bahkan seseorang yang telah mengharapkan wajah-Nya dalam beramal tidak akan kehilangan keikhlasannya ini hanya karena sesuatu yang positif terbetik dalam hatinya. Yaitu perihal amal shalih yang memiliki berbagai pengaruh baik dalam kehidupan dunia ini, seperti jiwa menjadi tenang, aman dari ketakutan, terjaga dari segala kehinaan, dan berbagai kebaikan lainnya yang merupakan buah dari amal shalih dan yang membuat dorongan jiwa untuk melakukan beragam ketaatan semakin kuat.

Demikianlah hakikat keduanya. Sungguh niat yang baik dan ikhlas dalam beramal berpengaruh besar dalam meninggikan mentalitas seseorang.

Keikhlasan akan mengantarkan seseorang untuk senantiasa melakukan kebaikan. Barangsiapa yang mengerjakan shalat karena riya atau karena malu kepada manusia, niscaya dia akan mengalami saat saat tidak mau bangkit untuk mengamalkannya. Siapa yang berbuat adil demi mengejar reputasi baik semata atau karena khawatir dari jabatan niscaya suatu saat dia akan bertindak tidak adil disebabkan kepentingan yang lebih besar daripada sekedar mendapatkan reputasi baik atau aman dari pemaksulan semata.

Siapapun yang mengerjakan suatu kebaikan supaya selalu dielu-elukan di berbagai tempat atau media cetak, niscaya suatu waktu dia akan melihat jalan kebaikan di depan matanya yang memerlukan dukungan penuh, namun karena ia tidak kaan mengangkat namnya maka dia pun memalingkan wajahnya walaupun mapu memberikan bantuan dan memnuhi apa-apa yang diperlukan.

Lebih jauh, keikhlasan dapat memantapkan tekad dan meneguhkan hati seseorang sehingga membuatnya terus-menerus  berusaha menggapai tujuan yang paling tinggi. Bahkan, sejatinya tidak ada yang dapat membantu anda melakukan berbagai perkara yang disyariatkan  kecuali keihklasan.

 

~ Dr. Muhammad bin Ibrahim al-Hamad

Artikel : www.muslimplus.net

 

 

Referensi :

Dr. Muhammad bin Ibrahim al-Hamad. 2014. Mental Juara. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, p. 219-221.