Ngomong suatu hal yang mudah. Yang sulit ngomong pake ilmu. Yang lebih sulit lagi mempertanggungjawabkan omongan. Tradisi kekinian yang kita saksikan memang selalu, talk more do less! Pandai ngomong doang dan nol aksi.
“Emang lu, Dasar omdo!”
Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Seorang yang pandai (berilmu) itu masih dianggap bodoh apabila dia belum mengamalkan ilmunya. Apabila dia sudah berbuat (mengamalkan ilmunya) maka barulah dia jadi seorang yang benar-benar berilmu.”
Jika omongan gak berbobot, maka lebih baik diam. Itu lebih selamat. Omongan akan menjadi cerminan pribadi seseorang. Ketahuilah, kebanyakan yang pandai ngomong, ilmunya malah cetek dan akalnya pendek. Kecuali memang beliau seseorang yang pakar di suatu bidang, dan beliau ngomongin suatu topik yang menjadi bagiannya.
Karena banyak manusia yang pandai ongomong dan suka ngomong, maka disediakanlah media chatting. Bahkan hampir semua sosial media. Line, whatsapp, FB, twitter, etc sangat ingin kita untuk semakin larut dalam aktivitas yang sama sekali tidak membawa manfaat. Silahkan ngomong terus. Chatting menjadikan waktu 1 jam 2 jam menjadi gak terasa.
Karena lupa waktu. Hidup anak muda jadi gak maju-maju. Bawaannya baper mulu. Sedih senang, sehat sakit, sibuk gak sibuk pokoknya chatting jalan terus.
Perhatikan perilaku korban teknologi ini, bahkan setiap 5 menit (atau dengan intensitas lebih tinggi lagi) selalu perhatian dengan telfon genggamnya, walau hanya sekedar mengecek dan menscroll-scroll postingan. “It’s nothing. No bring something to be better..”
Suatu reminder yang tiada kan terlupa:
“Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan;tentang ilmunya, apa yang dia amalkan; tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan pada perkara apa dia infakkan (belanjakan); serta tentang badannya, pada perkara apa dia gunakan.”
“Al-Quran akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu”
Okay. Yuk, udahan ngomongnya. Alihkan perhatian untuk banyak diam, atau berbuat sesuatu yang manfaat. Lebih baik alihkan untuk membaca. Lupakan untuk “pacaran mulu” dengan handphone.
Diary Muslim Plus, Senin 19 Okt 2015
Penulis : Radikal Yuda Utama