Syahwat perut merupakan sebuah tantangan terberat bagi anda yang terbiasa makan berlebihan. Makan sini makan sana. Konsumsi berbagai makanan hingga kekenyangan. Terlebih jika sajian makanan tersebut secara Cuma-Cuma alias gratis, maka tak ayal. Kesempatan terbaik tidak bakal datang dua kali, bukan? jika punya tiga lambung, tiga-tiganya di isi full, untuk cadangan 12 jam ke depan. Setelah kenyang, tubuhpun menjadi malas bergerak. Malas beraktivitas. Inginnya tidur.

Berbeda dengan kendaraan, jika telah full tank, itu artinya kita siap melaju, mendaki gunung lewati lembah hingga sampai tujuan tanpa khawatir motor berhenti di tengah jalan gara-gara kehabisan bensin. Jika perut yang full tank, motornya sulit untuk jalan.

Makan berlebihan punya sisi negatif yang banyak. Bukan saja pada pencernaan kita, tapi juga tubuh secara keseluruhan, serta juga berdampak pada pola hidup seseorang.

Luqman menasehati anaknya, “hai anakku, jika pencernaan penuh maka pikiran akan menjadi buntu, kebijaksanaan menjadi bisu, dan anggota tubuh menjadi kaku utuk beribadah” [1]

Umar menegaskan, “Siapa saja yang makan terlalu banyak tidak akan bisa merasakan kenikmatan ketika berdzikir kepada Allah Taala” [2]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Orang-orang yang makan sekadarnya, kenikmatan yang mereka rasakan jauh lebih besar daripada kenikmatan yang dirasakan orang-orang yang makan secara berlebihan. Sebab apabila telah terbiasa dan sering mengkonsumsi makanan secara berlebihan kelezatan yang mereka kecap dari makanan tersebut tidak akan bertahan lama. Meskipun demikian, mereka tidak bisa jika melihat banyaknya penyakit yang menjangkiti mereka akibat makanan-makanan lezat tadi” [3]

Makanlah sekedarnya. Secukupnya.
Allah berfirman, “Makan dan minumlah kalian, namun jangan berlebih-lebihan” (QS. Al-A’raf: 31)

Wallahu ‘alam

Penyusun: Radikal Yuda Utama
————
[1] Al-Adabun Nabawi karya al-Khauli (p.212)
[2] Al-Hilm Karya Ibnu Abid Dunya (p.78)
[3] Dr. Muhammad bin Ibrahim al-Hamad.2014. Mental Juara. Jakarta : Pustaka Imam syafii (p.56)