Kedudukan niat dalam sebuah amalan seperti pondasi pada sebuah bangunan. Bangunan hanya bisa tegak bila memiliki tiang dan pondasi. Kekuatan sebuah bangunan sangat bergantung terhadap kekuatan pondasi. Begitu pula dengan semua kegiatan yang dilakukan manusia. Kualitas amalan sangat tergantung dengan kualitas niat pelakunya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amalan itu tergantung dengan niatnya, dan pelakunya akan mendapatkan balasan sesuai yang diniatkannya” (Muttafaq alaihi)
Menjaga keikhlasan niat tidak semudah membalikkan telapak tangan. Cinta popularitas dan pujian kerapkali menghalangi seseorang dari ikhlas.
Sufyan Ats-Tsauri mengungkapkan hal ini dalam ucapannya
ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي
“Hal yang paling sulit untuk kuperbaiki adalah niatku” (Tadzkiratus saami’ wal mutakallim hal. 68)
Ucapan ini keluar dari seorang ulama yang mengerti tentang dirinya dan sulitnya hati untuk ikhlas. Bagaimana dengan kita?
Tercampurnya niat dengan cinta pujian dan noda adalah hal yang wajar pada diri manusia. Sebaliknya, akan menjadi hal yang aneh dan tidak wajar apabila niat selalu dalam keadaan baik tanpa cela. Kenapa? Karena Iblis dan pasukannya akan terus mengajak manusia untuk menemaninya di neraka.
Namun demikian, seorang mukmin akan terus berjuang untuk ikhlas dan tidak menyerah kepada nafsu jiwanya. Seorang mukmin sangat sadar bahwa Allah adalah Rabb yang Maha Adil dan Bijaksana. Sekecil apapun usaha hamba untuk taat kepada-Nya, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan dan menolong para hamba-Nya.
Allah ta’ala berfirman
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)
Jadi, ketika muncul keinginan untuk riya, mengharapkan pujian manusia, cinta popularitas, atau penghalang ikhlas yang lainnya, LAWANlah dan jangan biarkan. Segera berlindung kepada Allah dari gangguan dan bisikan iblis. Berdoalah dan mintalah pertolongan Allah niscaya Allah akan membantu. Allah telah berjanji dalam ayat di atas dan Allah PASTI akan penuhi janjinya. Ya Allah, tolong hamba untuk ikhlas.
@ Kutipan faidah dari kitab Ma’alim fi thariqi tholabil ilmi hal 17-18
Diary Muslim Plus, Kamis 1 Okt 2015
Penulis : Muhammad Abu Rivai