Pagi hari merupakan saat dimana orang-orang memulai kembali aktivitas setelah istirahat panjang di malam hari. Berkaitan dengan pembahasan mengenai ‘pagi’, salah satu yang dibutuhkan adalah asupan tubuh. Mungkin ini terdengar sepele bagi kita. Asupan tubuh alias sarapan pagi kan gak penting-penting banget. Kalau ada ya dimakan, kalau malas untuk menyiapkan, ya lanjut aja beraktivitas. Toh, tubuh saya masih kuat pergi bekerja dan belajar. Begitu kira-kira pemikiran sebagian orang.

Lalu, bagaimana yang benar?

Tubuh kita memiliki hak untuk diberi nutrisi. Tubuh kita berhak mendapatkan asupan di pagi hari setelah ‘berpuasa’ sementara di malam hari ketika kita beristirahat. Pagi hari merupakan saat dimana seseorang memulai aktivitas produktif. Di pagi hari biasanya seseorang mengalami sensasi semangat yang lebih dibandingkan waktu lain. Pada saat saat inilah nutrisi optimal seharusnya diberikan. Saat tubuh masih segar dan aktivitas yang harus dilakukan pun berlapis-lapis. Dengan nutrisi yang baik di pagi hari tentu tenaganya juga lebih kuat.

Lebih penting lagi yang satu ini. Yaitu si organ vital yang cukup berpengaruh pada tubuh. Namanya otak. Organ bernama otak ini sangat sensitif terhadap jumlah glukosa. Ukurannya memang kecil, tapi konsumsi glukosanya sangat banyak, dan tidak boleh kekurangan jika ingin membuatnya bekerja lebih optimal. Untuk dapat berpikir serta berkonsentrasi dengan baik, keinginan si otak harus kita penuhi. Bagaimana caranya? Salah satunya ya dengan sarapan pagi. Sarapan pagi akan memenuhi kebutuhan glukosa otak. Otak senang, kita pun senang.

Sebagian besar orang berpikir bahwa porsi makan siang harus banyak dan lengkap, sementara makan pagi seadanya saja. Padahal, pada siang hari bisa dibilang jumlah aktivitas semaking berkurang dibandingkan dengan pagi hari. Luangkanlah waktu di pagi hari untuk memberikan hak-hak tubuh tersebut. Mari kita mulai dengan bangun pagi. Tidak mau kan kemampuan dan fungsi otak kita berkurang hanya karena malas bangun pagi dan sarapan? Yuk rajin sarapan pagi yang seimbang.

 

Pekanbaru, 01 Oktober 2015

Rizky Amalia