Pemerintah sebagai Promotor Millenium Education Developmentharus memiliki Pemimpin yang bermental tangguh (A Leader Must Be Strong) untuk bisa melakukan analisa data dan fakta yang ada di lapangan. Secara vertical, harus di sokong dengan dengan rangkulan “tangan” masyrakat dan lembaga pendidikan. Support atau supply yang diberikan masyarakat dapat berupa moril dan materiil, pemikiran dan ide, serta langkah kerja yang nyata. Sementara support atau Supply dari lembaga pendidikan dapat berupa Penyebaran Guru Profesional, pemikiran dan Ide serta juga harus diikuti dengan langkah kerja nyata.

Untuk mendapatkan sebuah Good Brainstorming bagi segala kendala dan tantangan (Challenge) pengembangan pendidikan di desa terpencil harus dicermati dengan baik. Visi utama untuk menciptakan good education bagi anak-anak desa terpencil adalah lingkaran utama yang harus dicapai. Ada beberapa factor pendongkrak untuk mempercepat terwujudnya visi utama, yaitu:

  • Mission-Oriented: berupa langkah kerja nyata (misi) untuk mewujudkan lingkaran utama. Misi dilaksanakan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat dan lembaga pendidikan di daerah. Ini harus menjadi orientasi dan skala prioritas dalam mewujudkan millennium education development di desa terpencil.
  • Strategy: strategi adalah pembalut dari pelaksanaan misi. Misi akan terlaksana dengan sukses tentunya harus dengan strategi yang tepat dan akurat.
  • Spirit: semangat pelaksanaan harus terus di rekontruksi menjadi lebih baik. Setidaknya harus bertahan pada tahap konstan.Inilah yang disebut dengan Semangat Membangun. Karena spirit mempunyai letak yang strategis dari kedua poin diatas. Jika semangat telah mulai offwalaupun telah tersusun misi dan strategi. Hasilnya pun tidak akan maksimal.

Membangun negeri melalui pendidikan merupakan titik perhatian semua Negara. Negara manapun, sangat memperhatikan kualitas pendidikannya. Indonesia demikian halnya, sepancang nama dan sederet pengorbanan telah  ditorehkan oleh para pendahulu kita. Pemerintah daerah harus bersemangat membangun daerahnya, pemerintah provinsi terhadap provinsinya, serta Negara harus bertindak nyata untuk kemajuan negerinya.Orientasi, arah, konsepsi, policy, regulasi serta implementasi pendidikan nasional harus bertujuan mencapai ‘nation and character building.’ Satuan-satuan pendidi­kan, keluarga dan masyarakat didukung oleh realisasi kebijakan pembangunan dae­rah secara sinergi mewujudkan karakter bangsa yang tercermin dalam hubungan-hubungan inter-personal maupun penguatan intra personal. “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya….”

Saat perubahan paradigma sentralisasi menjadi desentralisasi dengan pelaksanaan otonomi daerah seluas-luasnya secara nyata, dinamis, bertanggung­jawab dengan landasan konstitusional serta legal yang kuat telah menghasilkan pembaharuan orientasi, konsepsi, regulasi dan kebijakan pembangunan daerah.

Desentralisasi pendidikan dalam kerangka realisasi otonomi daerah, khususnya pada lingkungan desa terpencil adalah sektor utama pelayanan publik yang harus dikembangkan dan ditata baik dalam kaitan dengan upaya mewujudkan pendidikan berkualitas dan terjangkau oleh seluruh la­pisan masyarakat maupun dalam hubungan dengan peningkatan fungsi pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan pasar kerja dan pembangunan daerah.
A.      Langkah pengembangan pendidikan desa terpencil
Beberapa langkah yang penulis perhatikan sangat perlu untuk ditindak lanjuti ialah sebagai berikut:

  1. Harus adanya kerjasama lintas sektor baik secara vertikal dan horizontal untuk mengembangkan pendidikan daerah terpencil
  2. Pemerintah daerah sebagai promotor harus peka dan terjun langsung dalam direct-observation guna menganalisa letak titik berat pengembangan pendidikan desa terpencil.
  3. Adanya pembangunan Infrastruktur yang tuntas, khsusnya transportasi menuju daerah pedalaman.
  4. Meminimalkan penyerahan kewenangan antar pemerintah secara vertikal. karena sejatinya, efektifitas dan efisiensi langkah kerja berada ditangan pimpinan daerah.
  5. Adanya pemerataan kesempatan untuk mengikuti berbagai even nasional bagi pelajar di desa. Sehingga life experience tersebut akan menimbulkan perbandingan yang membangun. Hal itu juga akan menimbulkan kecenderungan pelajar tersebut untuk menyetarakan kualitas dan Skill dengan anak Indonesia lainyya.
  6. Mempelajari bukan hanya secara teoritis, tapi penting untuk dilakuakan dialog bagi utusan-utusan daerah di level Nasional dalam Audiensi untuk membongkar kelemahan saat berkompetisi di Nasional

Referensi

Buku Isran Noor

Dr.H. Wisnu S. Erlianto dkk. 2009. Perjuangkan Terus Otonomi Khusus Demi Kesejahteraan Masyarakat Riau. Pekanbaru: Fornas Otsus Riau

Informan:

Letjen TNI (Purn) Syarwan Hamid (69 Th)

Tubagus Dhafin Rukmanda (18 Th)